IDXChannel - Perusahaan sepatu legendaris, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup operasional pabriknya yang berlokasi di Purwakarta. Ratusan pekerja pun terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
BATA juga terus menderita kerugian yang nilainya mencapai Rp80,65 miliar pada periode Januari-September 2023 atau hingga kuartal III-2023, membengkak 294,76 persen dibanding rugi Rp20,43 miliar pada periode yang sama di 2022.
Penjualan bersih perseroan juga tercatat turun 0,42 persen menjadi Rp 488,47 miliar pada Januari sampai September 2023, dari Rp 490,57 miliar periode sama 2022.
Tak hanya BATA, industri alas kaki secara keseluruhan sedang mengalami tekanan di era suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi global.
Sebut saja, merek ternama asal Jerman, Puma, yang memiliki pabrik di Indonesia melalui PT Horn Ming Indonesia mengumumkan pemutusan hubungan karyawan (PHK) ratusan karyawan jelang akhir tahun lalu.
Perusahaan yang beroperasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang, merumahkan 600 orang karyawan melalui surat pemberitahuan bernomor 023/HR/V/2023 tanggal 8 Mei 2023 kepada pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang.
Tak hanya terjadi di Indonesia, raksasa sepatu berbasis Jerman, Adidas, juga mengalami kerugian pertamanya pada 2023 sejak 1992.
Pada tahun fiskal 2023, Adidas mencatat rugi bersih sebesar 75 juta euro (USD82 juta), menyusut dari perolehan laba bersih sebesar 612 juta euro pada tahun sebelumnya.
Tahun ini penjualan Adidas di Amerika Utara diprediksi akan terus melemah dan penjualan diperkirakan akan turun sekitar 5 persen.
Permintaan yang lebih rendah dan kelebihan stok toko di AS telah membebani perusahaan dengan penjualan di wilayah ini turun sebesar 21 persen pada kuartal keempat 2023 dan penurunan sebesar 16 persen sepanjang tahun.
Sementara di China, Adidas memperkirakan pemulihan 2024 yang lebih kuat, dengan pertumbuhan penjualan sebesar dua digit setelah kenaikan sebesar 8 persen pada tahun 2023.
Nasib Industri Alas Kaki Indonesia
Secara keseluruhan, data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan kontribusi sektor industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, yang melingkupi industri alas kaki terhadap produk domestik bruto (PDB) terus mengalami tren kenaikan.
Pada 2022, angkanya mencapai angka Rp48,13 triliun. Namun, angka tersebut menyusut pada triwulan II-2023 di mana kontribusi PDB sektor tersebut hanya mencapai Rp12,08 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)
Nilai ekspor komoditas sepatu olahraga menempati delapan besar komoditi dari nilai ekspor industri pengolahan nonmigas.
Namun, di sisi lain, industri alas kaki saat ini menghadapi berbagai tantangan, seperti menurunnya permintaan dari pasar ekspor Indonesia, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Eropa, serta persaingan dengan produk harga rendah.