Penurunan harga saham, menurut Perry, bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Asia. Hal ini mencerminkan tren global, di mana investor mulai mengalihkan dana mereka ke aset yang dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi.
Meski demikian, Perry menuturkan, instrumen keuangan Indonesia, seperti Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tetap menarik secara fundamental.
Faktor utama yang mendukung daya tarik ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap kuat, dengan proyeksi 4,7–5,5 persen pada 2025.