Dengan kandungan nikel hingga 99,99%, nikel elektrolitik merek "DX-zwdx" diproduksi menggunakan tekonologi tinggi milik CNGR yang memiliki berbagai keunggulan seperti konsumsi energi yang rendah dan otomatisasi yang tinggi.
Bagi Indonesia, hal ini membuktikan kesuksesan kebijakannya yang memaksa penambang untuk beralih ke sektor hilir dengan melarang ekspor bijih mulai 2020.
Lima tahun yang lalu Indonesia hanya memproduksi 600.000 metrik ton nikel dan mengirimkan sebagian besar nikel dalam bentuk bijih yang belum diolah ke China untuk dijadikan bahan baku produksi baja tahan karat.
Tahun lalu, Indonesia menambang 2,03 juta ton nikel, yang mencakup lebih dari separuh produksi dunia. Saat ini mereka mengekspor berbagai macam produk nikel, termasuk logam olahan dengan kemurnian yang dapat diterima LME.
Didirikan pada 1877, LME telah menjadi pusat perdagangan logam dasar terbesar di dunia, memperdagangkan antara lain tembaga, aluminium, timbal, seng, dan nikel.