Pengelolaan limbah ini dinilai penting karena apabila tidak diolah dengan optimal, maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Proyek ini berpotensi memberikan kontribusi pada reduksi emisi GRK sebesar 29.688 ton-CO2e per tahun (konversi bahan bakar) dan 204.867 ton-CO2e per tahun (methane capture dari POME).
“Di Pulau Sumatera terdapat banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dan PGN telah memiliki jaringan infrastruktur gas bumi eksisting di wilayah tersebut, dalam hal ini Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Gas Pagardewa, sehingga PGN mengupayakan untuk pengembangan biomethane,” ujar Arief.
Dia menambahkan, kehadiran biometana diharapkan dapat menjadi langkah inovatif dalam rangka meningkatkan ketersediaan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukan untuk masyarakat. Proyek ini juga diharapkan dapat mendorong diversifikasi sumber energi di Indonesia dan memperkuat upaya pemerintah dalam hal dekarbonisasi, meningkatkan ketahanan pasokan gas domestik dan mendukung target bauran energi dan berkelanjutan.
(Rahmat Fiansyah)