Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di 2030.
“Jika pertumbuhan perseroan mengikuti rencana skenario agresif, Pertamina Geothermal Energy sendiri akan berkontribusi terhadap 5 persen pengurangan karbon nasional pada 2030, serta berkontribusi 89 juta ton penghindaran CO2 selama 10 tahun ke depan,” kata Julfi.
Selain itu, perseroan juga memiliki inisiatif beyond geothermal untuk mendorong upaya dekarbonisasi.
“Strategi yang kami jalankan di antaranya dengan menjajaki bisnis rendah karbon, yaitu green hydrogen dan green methanol serta mempromosikan sistem kredit karbon di Indonesia yang sedang berkembang dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE),” ungkap Julfi.
Terkait dengan upaya memperluas dampak perseroan terhadap perjalanan dekarbonisasi di Indonesia, Julfi mengungkapkan, saat ini Pertamina Geothermal Energy sedang mengembangkan produk sekunder (secondary product) panas bumi.
“Beberapa produk sekunder yang sedang dikembangkan oleh perseroan, di antaranya green methanol, green hydrogen, dan ekstraksi silika,” imbuh Julfi.
(FAY)