"Penerbitan (green bonds) tidak digunakan untuk pengembangan bisnis. Jadi sama saja dengan gali lubang tutup lubang," ujar Chief Analyst Deu Calion Futures (DCFX), Lukman Leong, dalam kesempatan terpisah.
Tak hanya itu, Lukman juga mengomentari kebijakan PGEO yang memangkas nilai penerbitan green bonds dari semula disiapkan sebesar USD600 juta hingga USD800 juta, menjadi hanya USD400 juta.
Nilai penerbitan tersebut lebih kecil dari nilai utang jangka pendek perusahaan yang bakal jatuh tempo pada Juni 2023 mendatang, yang sebesar USD600 juta.
"Ini juga bisa jadi sentimen buruk, karena pelaku pasar melihat risiko gagal bayarnya cukup besar," tutur Lukman.
Selain itu, Lukman menjelaskan, besarnya nilai utang yang selama ini harus dipikul oleh PGEO pada dasarnya juga bisa dimaknai bahwa bisnis panas bumi yang digeluti perusahaan relatif belum menjanjikan.