Sementara laba bersih TBIG justru terpantau merosot sebesar 12,7 persen, Rp1,56 triliun di 2023 menjadi Rp 1,36 triliun pada 2024. Sedangkan dari segi pendapatan, MTEL mengantongi Rp9,31 triliun di sepanjang 2024, melonjak 7,19 persen dibanding Rp8,68 triliun pada 2023. Pada saat yang sama, pendapatan TOWR bertumbuh 8,5 persen menjadi Rp12,74 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp11,74 triliun.
"Laba bersih (TOWR) full year 2024, naik 2,5 persen secara tahunan (YoY), di bawah (estimasi) kami. Rasio utang bersih (TOWR) terhadap EBITDA juga naik menjadi 4,8 kali, dibanding 4,7 kali di 9 bulan 2024 dan 4,5 kali di full year 2023, mendekati ambang batas kovenan 5,0 kali," tulis Trimegah Sekuritas Indonesia dalam hasil risetnya, yang dipublikasikan pada akhir Maret 2025 lalu.
Di lain pihak, pendapatan bersih TBIG berhasil naik tipis sebesar 3,5 persen dari semula Rp6,64 triliun pada 2023 menjadi Rp6,87 triliun pada 2024.
Berdasarkan laporan keuangan 2024, pendapatan Mitratel dan TOWR didominasi pendapatan sewa menara. Dari total pendapatan MTEL sebesar Rp9,31 triliun, 93 persen ditopang bisnis sewa menara sebesar Rp8,63 triliun. Sedangkan sisanya berasal dari pendapatan tower related business terkait jasa pengelolaan infrastruktur atau managed service.
"Konsistensi kami dalam mengkonsolidasikan bisnis menara, fiber optik dan jasa penunjang lainnya akan membawa Mitratel sebagai Digital Infraco terbesar di AsiaPasifik," ujar Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, dalam keterangan resminya, Rabu (4/12/2024).