"Pada 2024, kami menambahkan 2.333 penyewaan kotor yang terdiri dari 1.551 sites telekomunikasi dan 782 kolokasi ke portofolio kami. Kami terus bekerja sama dengan para pelanggan kami untuk mengoptimalkan jaringan mereka dan memperluas cakupan mereka di seluruh Indonesia," ujar Chief Executive Officer TBIG, Hardi Wijaya Liong, dalam keterangan resminya.
Di lain pihak, meski bisnis sewa menara masih mendominasi pendapatan, sejumlah analis memprediksi bisnis fiber optik memiliki prospek pertumbuhan yang lebih menjanjikan dengan penggerak utama pasar di luar Jawa. Hal ini sejalan dengan rencana ekspansi sejumlah perusahaan operator telekomunikasi ke daerah pusat pertumbuhan baru.
Menurut Daniel Widjaja, Analis Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dengan kesiapan belanja modal (capex) Mitratel sekitar Rp3,5 triliun untuk 2025, MTEL akan fokus pada perluasan fiber, termasuk mendorong kontribusi dari aset fiber PT Ultra Mandiri Telekomunikasi (UMT) yang diakuisisi sebelumnya.
Diketahui pada 4 Desember 2024, MTEL mengakuisisi 100% saham UMT, anak usaha PT PP Infrastruktur senilai Rp650 miliar. UMT memiliki aset fiber optik sepanjang 8.101 km dengan billable length 12.524 km.
"Pertumbuhan Mitratel juga akan didorong proyek-proyek yang dibangun khusus oleh Telkomsel dan konsolidasi lokasi yang agresif oleh Indosat, sementara aksi merger dan akuisisi MTEL akan menargetkan aset-aset fiber dibanding menara," ujar Daniel, dalam salah satu risetnya.