Sebelum 2020, penjualan BATA menyentuh Rp1 triliun. Tren penurunan sudah mulai terlihat sejak 2018-2019 dan puncaknya terjadi pada 2020 di mana angka penjualan BATA hanya Rp460 miliar, turun lebih dari separuh.
Sejalan dengan penurunan penjualan, BATA mencatat rugi bersih Rp178 miliar pada 2020, kemudian rugi Rp51 miliar di 2021, rugi Rp106 miliar di 2022, rugi Rp190 miliar di 2023.
Untuk tahun buku 2024, BATA baru menyampaikan laporan keuangan hingga kuartal III. Per 30 September, perseroan masih merugi Rp129 miliar disertai dengan penurunan penjualan.
Anirban sempat memaparkan sejumlah strategi untuk perbaikan kinerja BATA pada 2024. Dia fokus melakukan efisiensi operasional untuk mengendalikan biaya-biaya sekaligus mendorong penjualan lewat peningkatan kualitas layanan toko, menebar promosi, hingga memperkuat penjualan online.
“Dengan menerapkan strategi yang tepat dan aplikatif, Bata yakin mampu memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan-tantangan bisnis untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Anirban.