IDXChannel - Kondisi sektor menara saat ini dinilai terkena dampak negatif jangka pendek dari aksi merger operator telekomunikasi, di mana provider akan melakukan evaluasi terhadap BTS yang mengalami overlapping atau berdekatan.
"Meskipun perusahaan menara tengah fokus mengembangkan teknologi fiber yang memiliki ruang bertumbuh, namun kami melihat masih membutuhkan waktu yang lama dan tentunya membutuhkan dana yang besar," kata Analis Saham dari Panin Sekuritas, Aqil Triyadi dalam risetnya, Kamis (18/1/2024).
Selain itu, sambungnya, tingkat suku bunga yang masih tinggi akan semakin menekan margin perseroan di sektor menara.
"Sejalan dengan hal ini, kami merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor menara (towerco) pada 2024," ucap Aqil.
Aqil merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor towerco dengan top pick TBIG.
"Kami merekomendasikan HOLD untuk TBIG dengan target harga Rp2.200 (implied EV/EBITDA 11,9x di 2024). Kami juga merekomendasikan HOLD untuk TOWR dengan target price di Rp990 (implied EV/EBITDA 10,2x di 2024)," terang dia.
Dia membeberkan kinerja perseroan di sektor tower atau menara telekomunikasi, yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Tower Bersama Infastructure Tbk (TBIG) yang melatarbelakangi rekomendasinya.
Aqil menjelaskan, penambahan fiber optic mulai gencar dilakukan perusahaan menara. Hingga September 2023, TOWR telah menambah panjang fiber optic sepanjang 28.300 km, sehingga total panjang yang dimiliki perseroan 178.300 km fiber.
Melihat dari tren terjadi peningkatan penambahan fiber optic sejak 2021 hingga saat ini 2023, yang disebabkan oleh permintaan yang meningkat dari perusahaan telko seiring pengembangan Fixed Mobile Convergence (FMC) dan menyasar pada pertumbuhan homepass.