Bulan lalu, bank sentral mengejutkan pasar dengan pemangkasan suku bunga. Gubernur BI Perry Warjiyo saat itu menyatakan akan ‘habis-habisan’ memperkuat pertumbuhan sambil tetap menjaga stabilitas pasar keuangan.
Nilai tukar rupiah memang sempat pulih dalam beberapa pekan terakhir berkat intervensi pasar valuta asing, namun secara keseluruhan masih melemah sekitar 3 persen sejak awal tahun. BI sendiri memiliki mandat untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal kedua melampaui perkiraan, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa permintaan domestik mulai kehilangan daya dorong. Dengan inflasi berada di level 2,65 persen—masih dalam target BI sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen—ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga kembali menguat.
Dari 28 ekonom yang disurvei Reuters pada 13–20 Oktober, sebanyak 21 orang memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan reverse repo tujuh hari sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen pada 22 Oktober.
Sisanya memperkirakan suku bunga tetap di 4,75 persen. Survei tersebut juga menunjukkan ekspektasi bahwa suku bunga fasilitas simpanan dan pinjaman overnight akan dipangkas 25 basis poin menjadi masing-masing 3,50 persen dan 5,25 persen, meskipun berdasarkan sampel yang lebih kecil.