"Namun, adanya potensi penurunan tingkat suku bunga dapat berdampak positif bagi harga nikel," sambung dia,
Felix melanjutkan, seiring dengan masifnya pengembangan hilirisasi nikel khususnya untuk bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia, NCKL juga berperan lebih dalam industrialisasi tersebut.
Hal tersebut tercermin dari pengembangan HPAL melalui Halmahera Persada Lygend (HPL, perusahaan asosiasi dengan kepemilikan Perseroan 45,1%) yang memiliki output seperti MHP yang kemudian diolah menjadi nickel sulfate dan cobalt sulfate yang menjadi bahan baku dari prekusor.
Lebih jauh kata dia, alokasi belanja modal (capex) perseroan masih masif di 2024, yakni sebesar Rp1 triliun. Rinciannya Rp116 miliar digunakan untuk pertambangan nikel dan Rp802 miliar untuk pemrosesan nikel, seperti penyelesaian tiga lini produksi dari HJF RKEF dan digunakan untuk maintenance yang selesai pada akhir kuartal II-2023.
Pada kuartal I-2023, NCKL telah menyerap capex sebesar USD18 juta atau setara dengan Rp268,2 miliar dengan penggunaan terbesar untuk penyelesaian fasilitas produksi HJF.