sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Proyeksi Wall Street Pekan Depan, Investor Fokus Data Tenaga Kerja AS

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
29/06/2025 06:43 WIB
Investor pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street pekan depan bakal fokus terhadap data tenaga kerja, menyusul kinerja pasar yang mencatat rekor pekan ini.
Indeks S&P 500 (.SPX) dan Nasdaq Composite (.IXIC) masing-masing mencetak level tertinggi baru pada Jumat lalu. (Foto: Arsip)
Indeks S&P 500 (.SPX) dan Nasdaq Composite (.IXIC) masing-masing mencetak level tertinggi baru pada Jumat lalu. (Foto: Arsip)

IDXChannel – Investor pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street pekan depan bakal fokus terhadap data tenaga kerja. Proyeksi tersebut menyusul kinerja pasar yang mencatat rekor tertinggi baru pada pekan ini.

Indeks S&P 500 (.SPX) dan Nasdaq Composite (.IXIC) masing-masing mencetak level tertinggi baru pada Jumat (27/6/2025) lalu. Hal itu dipicu optimisme pemangkasan suku bunga The Fed dan kemajuan negosiasi dagang. 

Meredanya ketegangan antara Israel dan Iran juga turut mendorong reli saham-saham big cap, setelah kedua negara saling meluncurkan serangan rudal beberapa waktu lalu.

Pekan depan, sorotan pasar akan tertuju ke Washington, di mana Presiden Donald Trump menargetkan Partai Republik untuk meloloskan rancangan undang-undang pemangkasan pajak dan belanja sebelum 4 Juli, melansir Investing, Minggu (29/6/2026). Pada saat yang sama, investor menanti laporan ketenagakerjaan bulanan yang akan dirilis Kamis, sehari sebelum bursa tutup memperingati Hari Kemerdekaan AS.

Berdasarkan survei Reuters, ekonomi AS diperkirakan menambah 110.000 lapangan kerja pada Juni, lebih rendah dibanding pertambahan 139.000 pekerjaan di Mei. Meskipun klaim pengangguran sepekan turun, jumlah orang tidak bekerja berpotensi meningkat akibat banyak pengangguran kesulitan mencari kerja.

“Pasar tenaga kerja akan menjadi perhatian utama dalam beberapa pekan ke depan,” ujar CIO Northwestern Mutual Wealth Management, Brent Schutte, Minggu (29/6/2025).

Data ketenagakerjaan menjadi faktor penting dari ekspektasi pelaku pasar terhadap waktu pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS. Investor mencermati apakah inflasi telah cukup rendah sehingga membuka ruang pelonggaran moneter lebih lanjut.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, sebelumnya menyampaikan kekhawatiran bahwa tarif yang lebih tinggi bisa mendorong inflasi, dalam testimoninya di hadapan Kongres AS pekan ini. Sementara itu, sejumlah pejabat The Fed telah menyatakan pandangan bahwa peluang pemangkasan suku bunga semakin kuat.

Deadline kebijakan tarif berikutnya jatuh pada 9 Juli, yang mencakup kenaikan bea masuk atas sejumlah negara mitra dagang. 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan bahwa kesepakatan dagang dengan 18 negara utama dapat rampung sebelum Hari Buruh pada 1 September.

Selain data tenaga kerja dan tarif, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada pembahasan RUU fiskal di Kongres. Investor akan mencermati seberapa besar stimulus yang akan dikucurkan dan potensi dampaknya terhadap defisit anggaran.

Menjelang berakhirnya semester pertama tahun ini, indeks S&P 500 telah menguat sekitar 5 persen sejak awal tahun. Secara historis, bulan Juli cenderung positif, dengan kenaikan rata-rata 2,9 persen menurut data dari Wedbush.

Sementara itu, musim laporan keuangan kuartal II akan segera dimulai. Pelaku pasar mencermati dampak kebijakan tarif terhadap laba perusahaan dan belanja konsumen. Menurut data LSEG IBES, laba perusahaan konstituen S&P 500 diperkirakan tumbuh 5,9 persen pada kuartal kedua dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

(Ahmad Islamy Jamil)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement