sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Reli Saham Grup Bakrie, Lonjakan DEWA-BUMI Cs Picu Euforia Pasar

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
12/11/2025 07:30 WIB
Saham emiten Grup Bakrie, yang sebagian juga dimiliki Grup Salim, serentak ditutup menguat tajam pada Selasa (11/11/2025), ditopang sejumlah sentimen positif.
Reli Saham Grup Bakrie, Lonjakan DEWA-BUMI Cs Picu Euforia Pasar. (Foto: IDX Channel)
Reli Saham Grup Bakrie, Lonjakan DEWA-BUMI Cs Picu Euforia Pasar. (Foto: IDX Channel)

IDXChannel – Saham emiten Grup Bakrie, yang sebagian juga dimiliki Grup Salim, serentak ditutup menguat tajam pada Selasa (11/11/2025), ditopang sejumlah sentimen positif.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meroket 32,00 persen ke level Rp198 per unit.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai prospek BUMI masih patut diperhatikan, terutama terkait langkah diversifikasi komoditas.

“BUMI termasuk emiten yang menarik karena melakukan ekspansi ke komoditas emas melalui Australian gold miner Jubilee Metals Limited (JML),” kata dia, Selasa (11/11/2025).

Michael menambahkan, tren komoditas juga ikut memberi sentimen pendukung. “Kemudian kita perhatikan juga bahwa komoditas batu bara menjadi salah satu komoditas favorit memasuki era 2026,” tutur dia.

Dari sisi teknikal, ia melihat potensi pembalikan arah yang cukup konstruktif. “Secara teknikal, BUMI memliki potensi pola reversal bullish cup and handle dengan resistance di 178, support 146, pola ini memberikan potensi target ke 220.”

Diwartakan sebelumnya, BUMI resmi menjadi pengendali penuh Wolfram Limited, perusahaan tambang emas dan tembaga yang berbasis di Australia.

Kepemilikan penuh ini diperoleh setelah BUMI menyelesaikan pembelian 400.670 saham atau setara 0,32 persen saham Wolfram senilai sekitar Rp2,2 miliar pada 7 November 2025.

Transaksi tersebut melengkapi rangkaian akuisisi BUMI atas 100 persen saham Wolfram dengan total nilai mencapai Rp698,98 miliar atau sekitar USD63,5 juta. 

Sebelumnya, pada 7 Oktober 2025, emiten tambang milik Grup Bakrie dan Salim itu telah mengakuisisi 99,68 persen saham Wolfram senilai Rp696,7 miliar.

Selain BUMI, saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) juga ditutup melambung 12,06 persen ke Rp446 per unit.

Dalam riset Henan Putihrai Sekuritas pada 31 Oktober 2025, seluruh armada XCMG milik DEWA telah beroperasi penuh, meski curah hujan tinggi di Kalimantan Selatan dan Timur menunda aktivitas hingga 327 jam dan menekan produktivitas.

Manajemen memperkirakan EBITDA dan margin kuartal III/2025 tetap stabil berkat integrasi kapasitas armada internal, sementara penyesuaian saldo rugi ditahan telah disetujui secara prinsip dan tidak dikenai pajak.

DEWA memperkuat portofolio kontrak dengan mengambil alih operasi di Bengalon, membidik kontrak baru dari Arutmin, serta dua kontrak tambahan di luar KPC dan Arutmin, didukung rencana penerbitan instrumen utang.

Eksplorasi tahap pertama di konsesi Gayo Mineral Resources menunjukkan kandungan emas dominan, dengan estimasi sumber daya awal diperkirakan rilis November 2025 dan pengeboran tahap kedua selesai dalam setahun.

Perusahaan juga mengembangkan inisiatif nol karbon melalui elektrifikasi armada tambang. Henan Putihrai Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp500, menekankan narasi turnaround sebagai dasar penciptaan nilai jangka panjang.

Selain BUMI dan DEWA, saham PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) juga melonjak 18,78 persen, bersama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dengan kenaikan 9,76 persen, PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) 7,69 persen, ENRG 3,30 persen, dan BRMS 2,05 persen.

Vherdana Sekuritas memberikan rekomendasi buy ALII dan target harga Rp850 per saham. Prospek tersebut ditopang model bisnis ALII yang fokus pada jasa river barging dan bongkar muat (loading/unloading) dengan margin tinggi, serta kontrak jangka panjang bersama entitas terafiliasi, KBN.

Menurut Vherdana, ALII memiliki kontrak operasi sepanjang umur tambang (life-of-mine) untuk melayani KBN, yang tengah menyiapkan rencana peningkatan produksi batu bara hingga mencapai 20 juta ton dalam empat tahun ke depan, atau naik sekitar lima kali lipat dari level saat ini.

Dengan pertumbuhan tersebut, ALII menjadi penerima manfaat utama, baik dari sisi volume maupun optimalisasi biaya yang meningkatkan margin seiring skala operasi yang membesar.

Untuk mengimbangi peningkatan produksi KBN, ALII berencana menambah armada dari 57 set menjadi 70 set tongkang pada 2028, sekaligus menggandakan kapasitas fasilitas bongkar muat yang dimilikinya.

Vherdana Sekuritas memperkirakan pertumbuhan laba ALII akan mencapai rata-rata 51 persen per tahun sepanjang 2025–2028, dengan pertumbuhan volume jasa pengangkutan di kisaran 25 persen per tahun.

Berdasarkan valuasi DCF dengan asumsi WACC 10 persen, target harga Rp850 per saham mencerminkan P/E 15,6x pada 2026F dan 10,5x pada 2027F.

Meski industri batu bara tengah berada dalam tren harga yang lebih moderat, analis menilai potensi pertumbuhan EPS yang agresif serta proyeksi imbal hasil dividen sekitar 10 persen pada 2027 menjadi alasan premium valuasi masih layak.

Namun demikian, risiko utama yang perlu dicermati mencakup volatilitas harga batu bara, kondisi cuaca, regulasi, serta eksekusi ekspansi operasional. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement