Di luar program ini, BBTN juga berhasil menekan NPL dalam setahun terakhir. Dari 3,94% pada September 2021 menjadi 3,45% pada September 2022. Hal ini berkat program business process improvement dan sentralisasi kredit sehingga penyaluran kredit baru hampir tidak ada yang bermasalah.
Setelah valuasi dan fundamental perusahaan, Tirta juga menyoroti prospek BBTN ke depan. Menurutnya dengan rights issue senilai Rp4,13 triliun maka permodalan BBTN akan semakin kuat. Setelah right issue dilakukan, tier-1 capital BBTN bisa mencapai lebih dari 15% dan CAR BBTN bisa mencapai 20,6%. Ini akan membawa BBTN dari sisi permodalan bisa setara dengan bank-bank KBMI IV.
"Dengan modal yang kuat maka pengembangan produk dan layanan akan lebih leluasa. BBTN bisa masuk ke produk-produk margin tinggi (high yield margin) seperti kredit mikro dan Kredit Usaha Rakyat (KUR)," tuturnya.
“Jangan lupa juga suntikan dana segar ini bisa semakin menyehatkan BBTN dari sisi likuiditas. Dengan kenaikan GWM serta suku bunga acuan, maka bank-bank akan cenderung berkompetisi untuk mendapatkan funding dengan cara menaikkan suku bunga deposito. Namun kalau right issue berhasil kan BBTN tidak perlu sampai harus agresif menaikkan suku bunga dan dananya bisa digunakan untuk ekspansi di core bisnis BBTN yakni KPR jadi NIM BBTN bisa semakin naik,” katanya.
(DES)