IDXChannel - PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) tengah memperkuat ekspansinya melalui rencana rights issue jumbo senilai Rp3,2 triliun.
Aksi korporasi ini diproyeksi menjadi katalis percepatan pembangunan jaringan digital di berbagai wilayah Indonesia.
Sejak berdiri pada 2016, INET berkembang menjadi salah satu pemain utama di industri infrastruktur digital, melayani lebih dari 100 klien nasional dan internasional.
Portofolionya meliputi layanan interkoneksi data center, colocation backbone, local loop, hingga solusi Network Access Provider (NAP). Perseroan juga memperluas bisnisnya ke penyewaan kabel laut (submarine cable) serta kontraktor FTTH (fiber-to-the-home), seiring meningkatnya permintaan konektivitas berkecepatan tinggi.
INET memiliki tiga anak usaha yakni PT Garuda Prima Internetindo (GPI) yang menjadi pelaksana utama pengembangan FTTH berskala besar di Bali dan Lombok menggunakan teknologi Wi-Fi 7.
Lalu PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) yang mengelola kebutuhan kapasitas bandwidth kabel laut yang disewa melalui entitas WIFI. Sementara PT Internet Anak Bangsa (IAB) ditugaskan membangun dua juta home-pass berdasarkan mandat dari PT Integrasi Jaringan Ekosistem, anak usaha WIFI.
Phintraco Sekuritas dalam risetnya Senin (17/11/2025) menilai, sinergi operasional ketiga entitas tersebut memperkokoh posisi INET sebagai mitra strategis WIFI.IJ dalam mempercepat penetrasi layanan digital nasional.
Dalam rencana rights issue, INET akan menerbitkan 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp250 per saham dan rasio HMETD 3:4. Pemegang saham mayoritas, PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara, telah menyatakan komitmen untuk menyerap seluruh porsi haknya.
Dana hasil rights issue akan difokuskan pada sejumlah proyek infrastruktur utama. Sekitar Rp2,8 triliun akan dialokasikan kepada GPI untuk pembangunan dua juta home-pass berbasis teknologi Wi-Fi 7 di Bali dan Lombok.
PFI akan memperoleh Rp213 miliar untuk pembayaran IRU kabel laut pada sistem Rising 8, sedangkan Rp135 miliar dialokasikan ke IAB guna mempercepat pembangunan jaringan FTTH di Jawa. Sisanya akan dimanfaatkan untuk memperkuat modal kerja dan likuiditas perseroan.
Phintraco Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan kinerja INET akan melesat seiring ekspansi masif perseroan. Pendapatan INET diperkirakan meningkat dengan CAGR 233,19 persen pada periode 2024-2028, didorong oleh kontribusi penuh dari berbagai lini bisnis baru mulai 2026.
Segmen kabel laut diprediksi tumbuh dengan CAGR 8,41 persen pada 2026-2030, sejalan dengan peningkatan utilisasi dari 50 persen menjadi 70 persen. Bisnis kontraktor FTTH diproyeksikan mencatat CAGR 15,62 persen, sementara proyek FTTH Bali-Lombok berbasis Wi-Fi 7 berpotensi mencatat pertumbuhan lebih dari 70,5 persen.
Dari sisi profitabilitas, margin laba kotor diperkirakan naik dari 35,7 persen pada 2024 menjadi 53 persen pada 2026. Laba bersih diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 57,38 persen, mencapai sekitar Rp372 miliar pada 2026, dengan margin laba bersih meningkat ke 14,1 persen dan stabil pada kisaran 31-33 persen mulai 2027.
Rekomendasi BUY, target harga Rp600
Phintraco Sekuritas mematok harga saham INET di Rp600 per saham dengan rekomendasi BUY. Target tersebut mencerminkan valuasi PBV 3,5x untuk 2026 dan 3,2x untuk 2027, berdasarkan metode discounted cash flow (DCF) dengan tingkat pertumbuhan terminal 3 persen dan WACC 10,3 persen.
Menurut riset tersebut, harga saham INET saat ini dinilai masih undervalued dibandingkan potensi fundamentalnya, terutama karena skala bisnis yang lebih besar diperkirakan mulai terlihat pada 2026.
Meski demikian, sejumlah risiko tetap perlu diperhatikan, antara lain potensi keterlambatan proyek serta tingkat penetrasi pelanggan yang lebih lambat dari ekspektasi.
(DESI ANGRIANI)