IDXChannel - Nilai tukar rupiah hari ini ditutup menguat 25 poin atau 0,05 persen ke level Rp16.376 per USD, setelah sebelumnya terdepresiasi.
Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan tipis rupiah ini dipengaruhi sentimen eksternal, yaitu investor masih mencerna pengenaan tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump dan kebijakan hawkish The Fed.
"Ketua Federal Reserve, Jerome Powell semakin meremehkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga. Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat pada Selasa bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat bahwa Fed telah memangkas suku bunga sebesar 1 persen pada 2024, dan ekonomi tetap kuat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (12/2/2025).
Menurut Ibrahim, komentarnya menggema dari pertemuan kebijakan Januari, di mana bank sentral mempertahankan suku bunga tetap dan mengisyaratkan sedikit niat untuk memangkas suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.
Ketua Fed akan bersaksi di hadapan Kongres pada Rabu, di mana dia kemungkinan akan ditanyai tentang dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi dan inflasi.
Beberapa anggota Fed telah memperingatkan bahwa tarif Trump dapat mendukung inflasi. Sebelum kesaksian Powell, data inflasi indeks harga konsumen untuk Januari juga akan dirilis pada Rabu.
Analis Goldman Sachs memperkirakan inflasi inti akan sedikit di atas konsensus, yang menunjukkan bahwa inflasi tetap stabil.
Dari sentimen domestik, kata Ibrahim perekonomian Indonesia di kuartal I-2025 diperkirakan tetap stabil dengan pertumbuhan sekitar 4,98 persen hingga 5 persen. Salah satu faktor pendorong utamanya adalah konsumsi domestik dan investasi.
"Ekonomi domestik perlu diperkuat agar bisa memitigasi dampak yang ditimbulkan dari faktor eksternal," kata Ibrahim.
Dukungan kebijakan untuk kelas menengah juga penting untuk memperkuat ekonomi Konsumsi masih cenderung flat, terbukti dari kondisi net bank balance masih negatif.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen telah menghabiskan tabungan mereka untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini, yang tidak bisa berlangsung terus-menerus. Fenomena ini terjadi, khususnya di rumah tangga kalangan menengah ke bawah.
"Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp16.360-Rp16.430 per USD," tutur Ibrahim.
(Fiki Ariyanti)