sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rupiah Dekati Rp16 Ribu, Ini Cara Kurangi Ketergantungan terhadap Dolar AS

Market news editor Anggie Ariesta
23/10/2023 13:55 WIB
Meski Rupiah diprediksi masih akan berada dalam tekanan hingga akhir Oktober 2023, ada beberapa cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
Rupiah Dekati Rp16 Ribu, Ini Cara Kurangi Ketergantungan terhadap Dolar AS. (Foto MNC Media)
Rupiah Dekati Rp16 Ribu, Ini Cara Kurangi Ketergantungan terhadap Dolar AS. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar (kurs) Rupiah pada hari ini, Senin (23/10/2023) terpantau semakin tertekan. Pada pukul 13.00 WIB, Rupiah melemah 0,46% atau 74,5 poin ke Rp15.947 per dolar AS.

Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede mengatakan, dari kondisi nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan, dari sisi stabilitas Rupiah sebenarnya cenderung masih mengalami tren yang menurun.

"Kalau kita lihat bandingkan kondisi di 2020 dan kita bandingan kondisi pada saat 2022, volatilitas Rupiah mengalami tren yang menurun sampai dengan saat ini," ujar Josua, Jakarta, Senin (23/10/2023).

Meski Rupiah diprediksi masih akan berada dalam tekanan hingga akhir Oktober 2023, ada beberapa cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Salah satunya adalah mengurangi impor bahan baku dan impor pangan.

"Tentunya, kita berharap bagaimana peningkatan produktivitas nasional terlebih dahulu," kata Josua.

"Sehingga ini bagaimana kita menggerakkan kembali lagi meningkatkan dari tadi produktivitas dari sektor-sektor ekonomi kita," imbuhnya.

Josua juga mengapresiasi langkah Bank Indonesia terkait dengan local currency transaction (LCT), bagaimana transaksi ekspor-impor dengan menggunakan mata uang lokal dan juga transaksi investasi juga dengan mata uang lokal. Ditambah lagi, antar QR crossborder ini pun membuka payment di antara kawasan Asia.

"Jadi tentunya ini dapat bisa mengurangi ketergantungan dan terutama lagi misalkan Rupiah ya bagaimana kita bisa lebih resilien lagi," ungkap Josua.

Ekonom PermataBank ini melihat resiliensi Rupiah nilainya sejauh ini cukup baik, tentunya bagaimana tadi keseimbangan eksternalnya diperkuat dengan penguatan current account balance.

"Kalau kita perhatikan bisa meningkatkan value chain-nya, artinya mendorong hilirisasi agar misalkan produksi baterai mobil listrik alumunium bisa dilakukan di dalam negeri sehingga meningkatkan current account balance nya," jelas Josua.

Adapun pelemahan Rupiah masih tergantung pada faktor eksternal yaitu kondisi global saat ini. Konflik Hamas-Israel yang semakin memanas juga meningkatkan tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Kondisi ini menyebabkan risiko higher-for-longer atau suku bunga tinggi lebih lama akan meningkat. Ruang kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral AS Federal Reserve masih akan terbuka di sisa tahun ini.

Menurut Josua, Rupiah lebih banyak faktor sentimen fundamental yang harusnya bisa membuat mata uang ini menguat lagi.

"Tapi dengan faktor sentimen tadi, dua dari tensi geopolitik dan juga ketidakpastian dari arah suku bunga AS, sehingga sentimennya akhirnya berpengaruh pada pelemahan Rupiah," pungkas Josua.

(YNA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement