Sedangkan beberapa mata uang unggul terhadap Dolar AS yakni Dolar Hong Kong 0,02 persen dan Peso Filipina sebesar 0,06 persen, serta Dolar Taiwan 0,07 persen.
Sentimen yang memicu pergerakan di pasar uang datang dari isu mancanegara dan domestik.
Sebelumnya, Pejabat Federal Reserve AS melanjutkan perdebatan tentang pemulihan pasar kerja, dan mempertanyakan berapa lama lagi bank sentral dapat mentolerir inflasi yang tinggi.
Presiden Bank Fed Chicago Charles Evans mengakui pada hari Senin bahwa dia sedikit lebih gugup tentang inflasi yang tetap tinggi dari sebelumnya, tetapi masih mengharapkan The Fed tidak perlu menaikkan suku bunga sampai tahun 2023.
"Kami menduga bahwa pembahasan kenaikan suku bunga akan mereda untuk sementara waktu. Bank sentral yang memberikan panduan ke depan mencegah investor dari kebijakan penetapan harga yang bergerak terlalu jauh sebelumnya," kata ahli strategi Steve Englander dan John Davies dalam sebuah catatan.