sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.513 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan

Market news editor Anggie Ariesta
01/08/2025 16:09 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat (1/8/2025), turun 57 poin atau sekitar 0,35 persen ke level Rp16.513 per dolar
Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.513 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan (FOTO:iNews Media Group)
Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.513 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan (FOTO:iNews Media Group)

IDXChanel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat (1/8/2025), turun 57 poin atau sekitar 0,35 persen ke level Rp16.513 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, ancaman sanksi AS yang lebih ketat terhadap minyak Rusia, setelah Washington mengancam akan mengenakan tarif hingga 100 persen kepada pembeli minyak terbesar Rusia-China dan India, sementara juga mengenakan tarif sebesar 25 persen kepada India atas hubungannya dengan Moskow.

“Trump pada Kamis malam menandatangani perintah yang menguraikan tarif terhadap sejumlah mitra dagang utama AS, dengan bea masuk berkisar antara 10 persen hingga 50 persen. Meskipun Washington mencapai kesepakatan perdagangan dengan beberapa negara, termasuk Inggris, Jepang, dan Korea Selatan,” kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (1/8/2025). 

Washington terlihat mengusulkan tarif yang tinggi kepada mitra dagang lainnya, termasuk pungutan sebesar 35 persen terhadap Kanada, efektif mulai 1 Agustus 2025. Sementara terhadap Meksiko, Trump memperpanjang batas waktu tarif Meksiko saat ini selama 90 hari untuk memberikan lebih banyak waktu bagi negosiasi perdagangan.

Fokus pasar hari ini adalah data ketenagakerjaan utama AS untuk bulan Juli, yang akan dirilis malam nanti pukul 19.30 WIB. Perekonomian AS diproyeksikan menambah 110 ribu lapangan kerja pada bulan Juli, sementara Tingkat Pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,2 persen dari 4,1 persen selama periode yang sama.

Selain data Nonfarm Payroll (NFP), pasar juga akan mengamati rilis PMI Manufaktur ISM dan indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) final.

Dari dalam negeri, pasar merespon negatif setelah rilis data produktivitas manufaktur kembali menunjukkan kontraksi. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50. 

Kinerja bulan Juli memang mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang berada di level 46,9 dan 47,4 pada Mei 2025. Dalam laporan terbaru S&P Global, tren kontraksi ini berlanjut sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. 

Kontraksi manufaktur yang terjadi dalam 4 bulan terakhir menunjukkan penurunan output produksi dan anjloknya permintaan baru. Pada saat yang sama, permintaan ekspor baru kembali menurun, sedangkan perusahaan sedang dalam mode retrenchment yang ditandai dengan penurunan karyawan dan pembelian.

Tak hanya tekanan permintaan dan produksi, produsen juga menyebutkan tekanan harga makin intensif sejak awal semester 2025. Inflasi biaya tembus ke rekor paling tinggi dalam empat bulan di tengah peningkatan harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar. 

Alhasil, kenaikan biaya sebagian dibebankan kepada klien meski inflasi biaya pada tingkat sedang. Kondisi ini juga menunjukkan kepercayaan diri pengusaha menghadapi tahun mendatang berkurang tajam pada bulan Juli, dengan tingkat optimisme berada di tingkat terendah dalam survei.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.510 - Rp16.560 per dolar AS.

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement