sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rupiah Ditutup Melemah Rp15.462 per USD

Market news editor Viola Triamanda/MPI
05/12/2022 17:28 WIB
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 point di level Rp15.462 atas dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan sore ini, Senin (05/12/2022). 
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 point di level Rp15.462 atas dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan sore ini, Senin (05/12/2022). 
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 point di level Rp15.462 atas dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan sore ini, Senin (05/12/2022). 

IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 point di level Rp15.462 atas dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan sore ini, Senin (05/12/2022). 

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, pelemahan ini didorong oleh sentimen luar negeri yakni respon pelaku pasar yang mulai menimbun aset berisiko setelah beberapa kota di China melonggarkan pembatasan mereka akibat Covid 19. 

"Hal ini memicu harapan pembukaan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia. Para investor pun turut berpegang teguh pada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga lebih dalam beberapa bulan mendatang," jelasnya dalam pernyataan resminya, Senin (8/12/2022).

Sebelumnya Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakan dengan tambahan 50 basis poin pada pertemuan mendatang. Pedagang berjangka dana Fed pun turut memperkirakan suku bunga acuan Fed mencapai puncaknya sebesar 4,92% pada bulan Mei.

"Fokus investor akan tertuju pada data inflasi harga konsumen AS yang akan dirilis pada 13 Desember nanti, tepat satu hari sebelum The Fed mengakhiri pertemuan kebijakannya," jelasnya. 

Sementara itu menurut Ibrahim kemungkinan tantangan dari perekonomian global yang akan dihadapi Indonesia semakin nyata meskipun pertumbuhan ekonomi 2023 diasumsikan bertumbuh sebesar 5,3 persen berdasarkan Undang-undang (UU) Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

"Pemerintah terus memperkuat optimisme walaupun dunia sedang bergejolak. Baik karena berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, maupun perang dagang AS dan China," jelasnya. 

Ibrahim turut mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi kerap mengalami upside risk dan downside risk setiap tahunnya. Meski asumsinya 5,3 persen, tetap ada yang perlu diwasapadai di Tahun 2023. Sehingga, mempertahankan tren pertumbuhan di atas 5 persen adalah sebuah tantangan bagi pemerintah.

"Momentum pemulihan ekonomi dunia kemudian dimoderasi karena kenaikan inflasi global yang sangat tinggi. Kenaikan dari interest rate (suku bunga) dan tightening monetary policy memang didesain untuk memoderasi sisi permintaan. Sehingga, inflasi tidak running wild, dan ini  pasti akan terjadi, paling tidak setengah tahun di tahun depan. Interest rate-nya tinggi, inflasinya menurun mulai bertahap," jelas Ibrahim. 

Menurutnya suku bunga akan tinggi semakin melambung tinggi. Hal ini bahkan turut diucapkan oleh pejabat di Federal Reserve atau Bank Sentral. Selain itu Amerika Serikat juga menyampaikan bahwa suku bunga akan cukup tinggi dalam waktu yang relatif panjang. Hal ini berarti dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang tahun 2023. 

"Dampaknya kepada perekonomian indonesia adalah terjadinya capital outflow (modal asing keluar). Sehingga Bank Indonesia terpaksa harus menyesuaikan tren pasar global sembari terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," jelasnya.

Di samping itu, ia memprediksi, untuk perdagangan pekan depan, Selasa (06/12/22) mata uang rupiah diproyeksikan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.450 - Rp15.500.

(NDA) 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement