Sementara itu menurut Ibrahim kemungkinan tantangan dari perekonomian global yang akan dihadapi Indonesia semakin nyata meskipun pertumbuhan ekonomi 2023 diasumsikan bertumbuh sebesar 5,3 persen berdasarkan Undang-undang (UU) Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Pemerintah terus memperkuat optimisme walaupun dunia sedang bergejolak. Baik karena berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, maupun perang dagang AS dan China," jelasnya.
Ibrahim turut mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi kerap mengalami upside risk dan downside risk setiap tahunnya. Meski asumsinya 5,3 persen, tetap ada yang perlu diwasapadai di Tahun 2023. Sehingga, mempertahankan tren pertumbuhan di atas 5 persen adalah sebuah tantangan bagi pemerintah.
"Momentum pemulihan ekonomi dunia kemudian dimoderasi karena kenaikan inflasi global yang sangat tinggi. Kenaikan dari interest rate (suku bunga) dan tightening monetary policy memang didesain untuk memoderasi sisi permintaan. Sehingga, inflasi tidak running wild, dan ini pasti akan terjadi, paling tidak setengah tahun di tahun depan. Interest rate-nya tinggi, inflasinya menurun mulai bertahap," jelas Ibrahim.
Menurutnya suku bunga akan tinggi semakin melambung tinggi. Hal ini bahkan turut diucapkan oleh pejabat di Federal Reserve atau Bank Sentral. Selain itu Amerika Serikat juga menyampaikan bahwa suku bunga akan cukup tinggi dalam waktu yang relatif panjang. Hal ini berarti dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang tahun 2023.