IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup ambles 11 poin ke level Rp 14.836 atas dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sore ini. Melemahnya mata uang Garuda tak lepas dari efek kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Menurut Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, kenaikan suku bunga menjadikan arus modal asing kembali keluar di pasar surat utang. Itu lantaran spread antara yield SBN dan yield treasury di tenor yang sama semakin menyempit.
Alhasil, investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market.
"Pemerintah dan Bank Indonesia perlu mewaspadai dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75% minggu lalu, yang dampaknya sudah terasa dari melemahnya mata uang rupiah," ujar Ibrahim dalam rilis hariannya, Senin (20/6/2022).
Faktor lainnya, kata Ibrahim, penyempitan likuiditas karena bank dalam posisi mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi pasca-pandemi melandai namun terhalang oleh kenaikan tingkat suku bunga.
"Perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke SBN. Crowding out sangat membahayakan kondisi likuiditas di sektor keuangan," terangnya,
Kemudian, masalah imported inflation naik akibat membengkaknya biaya impor bahan baku dan barang konsumsi. "Situasi ini dipicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," pungkasnya.
Lebih lanjut Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan Selasa (21/6) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.820 - Rp 14.870. (FRI)