Para pelaku pasar juga terlihat terus mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret 2024.
Alat CME Fedwatch sekarang menunjukkan, para pedagang memperkirakan peluang 59,4% untuk pemotongan suku bunga di Maret, turun dari 64% yang terlihat pada hari Senin dan 70,7% yang terlihat pada minggu lalu.
Selain data AS, fokus minggu ini juga tertuju pada angka inflasi dan perdagangan China untuk Desember 2023, yang akan dirilis pada hari Jumat. Negara importir komoditas terbesar di dunia ini diperkirakan masih mengalami disinflasi pada Desember, sementara aktivitas perdagangan, terutama ekspor diperkirakan juga menurun.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia di 2023 mencapai USD146,4 miliar, melonjak USD8,3 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar USD138,1 miliar.
Peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga dari bank sentral global terutama The Fed yang berdampak terhadap penguatan Rupiah sebesar 0,73 persen secara bulanan (mtm) atau 1,10 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp15.396 per USD.
Selama Desember 2023, net inflow asing di pasar saham dan obligasi masing-masing tercatat sebesar Rp7,7 triliun dan Rp8,2 triliun. Imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga turun sebesar 19,0 bps month to date (mtd) menjadi 6,52 persen.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah hari ini menguat, selanjutnya untuk perdagangan besok (10/1) diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup lanjutkan penguatan di rentang Rp15.490-Rp15.550 per USD.
(FAY)