Kedua, tingkat keyakinan pasar global atas ekonomi dalam negeri Indonesia. Salah satu indikatornya pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok lebih dari 9 persen pada Selasa (8/4/2025).
"Nilai kapitalisasi pasar uang yang mencapai lebih dari Rp12 ribu triliun menjadi indikator paling objektif bagaimana pasar melihat dan merespons kebijakan-kebijakan pemerintah," kata Ajib dalam keterangan resmi, Selasa (8/4/2025).
Ketiga, faktor kebijakan ekonomi Indonesia yang menganut defisit fiskal. Di mana setiap isu pengelolaan keuangan negara akan memengaruhi dan sekaligus terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar. Adapun proyeksi belanja negara 2025 yang lebih dari Rp3.600 triliun, ditopang oleh utang sekitar Rp600 triliun untuk tahun berjalan.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah yang ditetapkan pemerintah dalam kerangka ekonomi makro 2025 berada di kisaran Rp16.000 per USD. Ketika rupiah terdepresiasi ke Rp17.000 per USD, akan membawa dampak terhadap kebijakan moneter dan fiskal sekaligus.
“Pemerintah harus membuat penyesuaian kebijakan-kebijakan fiskal maupun moneter untuk memitigasi fluktuasi yang ada,” ujar Ajib.