Aksi korporasi ini merupakan upaya ADRO untuk memisahkan fokus bisnisnya, dengan AAI tetap berfokus pada batu bara termal, sementara Adaro sendiri akan memperkuat portofolio di energi hijau dan baru.
Analis menilai langkah ini memungkinkan investor mendapatkan keuntungan ganda, yaitu dividen tunai jumbo dan potensi partisipasi dalam IPO AAI.
Langkah spin-off ini dipandang positif oleh beberapa analis, termasuk Mirae Asset Sekuritas dan Sinarmas Sekuritas, yang menilai valuasi AAI menarik di kisaran 1,3-1,4 kali price-to-earnings ratio (P/E).
Selain itu, aksi ini diharapkan mendukung pencapaian target jangka panjang ADRO, yaitu mendapatkan 50 persen pendapatan dari bisnis non-batu bara termal pada 2030.
AAI akan berfokus pada tambang-tambang batu bara termal seperti PT Adaro Indonesia dan entitas terkait lainnya, sementara Adaro akan memperluas proyek hijau, termasuk proyek pembangkit listrik tenaga air Mentarang di Kalimantan dan rantai pasok panel surya.