Nasib serupa dialami saham bank Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang melemah 7,35 persen ke Rp7.875 per saham.
Seperti yang telah diperkirakan para analis, tekanan di pasar saham Indonesia terjadi di tengah ketidakpastian global, yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dan memicu gejolak di berbagai bursa dunia.
Peluang
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, di tengah tekanan pasar, tetap ada peluang yang bisa dimanfaatkan investor.
"Setiap krisis akan selalu ada peluang. Dalam 10 tahun ke belakang, perbankan kita tidak pernah memberikan dividen double digit. Kenapa? Karena penurunan bursa saham kali ini tidak sebanding dengan penurunan kinerja perbankan," tuturnya kepada IDXChannel.com, Selasa (8/4/2025).
Michael menilai meskipun proyeksi pendapatan sektor perbankan mengalami penurunan, koreksi harga sahamnya jauh lebih besar sehingga menciptakan peluang di level saat ini. "Berdasarkan data dari tiga krisis sebelumnya—2008, 2015, dan 2020—valuasi perbankan kita di 2025 berada di PBV lebih rendah 5-8 persen, kecuali BBCA," katanya.