sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Bank Raksasa Ramai-Ramai Memerah

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
14/06/2024 12:14 WIB
Saham bank raksasa (big cap) kompak terbenam ke zona merah pada perdagangan Jumat (14/6/2024), mengindikasikan tekanan jual yang masih berlanjut.
Saham Bank Raksasa Ramai-Ramai Memerah. (Foto: Unsplash)
Saham Bank Raksasa Ramai-Ramai Memerah. (Foto: Unsplash)

IDXChannel – Saham bank raksasa (big cap) kompak terbenam ke zona merah pada perdagangan Jumat (14/6/2024), mengindikasikan tekanan jual yang masih berlanjut.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga penutupan sesi I, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun signifikan 2,68 persen ke posisi Rp4.360 per saham.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp124 miliar dan volume perdagangan 28 juta saham.

Saham BBNI sudah turun 7,23 persen selama pekan ini dan merosot 13,23 persen dalam sebulan. Sementara, sejak awal tahun (YtD), saham emiten bank BUMN tersebut sudah terkoreksi sedalam 18,88 persen.

Investor asing masih cenderung mencatatkan jual bersih (net sell). Asing keluar dari BBNI dengan nilai net sell Rp266,48 miliar di pasar reguler selama sepekan dan Rp501,81 miliar selama sebulan

Saham bank pelat merah lainnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ikut memerah, minus 2,09 persen ke level Rp4.220 per saham.

Saham BBRI sudah turun 34,47 persen sejak menyentuh rekor di harga Rp6.450 per saham pada 13 Maret 2024.

Dalam sepekan, net sell asing di saham BBRI sudah mencapai Rp1,68 triliun dan dalam sebulan Rp6,90 triliun. Sementara, secara YtD, net sell asing di BBRI mencapai Rp15,23 triliun.

Saham bank BUMN ketiga PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tak lepas dari tekanan jual, turun hingga 1,70 persen secara harian. Ini menandai penurunan selama 4 hari beruntun di pekan ini.

Tidak ketinggalan, saham bank swasta kakap PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ikut terdepresiasi, yakni sebesar 0,54 persen. Dalam sepekan, imbas terkoreksi 4 hari tanpa henti, saham BBCA minus 1,88 persen.

Saham bank lainnya turut tergerus, macam PNBN yang turun 0,89 persen, BDMN 0,80 persen, hingga BNGA 0,30 persen.

Menurut amatan BRI Danareksa Sekuritas dalam riset pada 10 Juni 2024, sektor perbankan menghadapi tekanan pada biaya dana (cost of fund/CoF) dan likuiditas, tetapi kualitas aset tetap aman.

BRI Danareksa menulis, kualitas kredit perbankan secara keseluruhan tetap aman meskipun ada sedikit kenaikan dalam biaya kredit (CoC) pada April 2024 (naik 26 basis point/bps secara bulanan/mom).

Sementara, Macquarie pada 29 Mei 2024 menulis, saham BBRI menjadi saham yang paling banyak dibahas dalam marketing terbaru mereka di Asia, Amerika Serikat (AS), dan Britania Raya dan Eropa.

“Sebagian besar investor sepakat bahwa koreksi ini adalah peluang,” demikian kata Macquarie, dikutip Jumat (14/6).

Macquarie melanjutkan, masalah kualitas aset pada kuartal I-2024 diperkirakan bersifat sementara. Meskipun, era likuiditas ketat akan tetap berlangsung sepanjang 2024, kata Macquarie, BRI siap menghadapi biaya dana yang lebih tinggi.

Sejurus dengan itu, Macquarie menanggalkan asumsi pemotongan suku bunga dan mengasumsikan beban kredit yang lebih tinggi di 2024, yang mengarah pada penurunan estimasi laba per saham (earnings per share/EPS) selama 2024/2025.

“Kami optimistis dengan pergeseran franchise mikro BRI menuju Kupedes yang lebih berkualitas dan menguntungkan. Meskipun beban kredit mungkin tetap tinggi tahun ini, percepatan hapus buku (write-off) akan mendorong pemulihan yang lebih tinggi dengan dampak netral terhadap keseluruhan laba,” tulis Macquarie.

Ketidakpastian global hingga kebijakan fiskal dalam negeri serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut membebani kinerja saham sektor perbankan—dan pasar modal RI secara umum. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement