Sementara tipe konservatif berlawanan, yaitu tidak mau menerima risiko yang besar dan bersedia menerima keuntungan yang minimal, asalkan tidak memiliki risiko kerugian yang bisa menghabiskan modal.
"Kemudian si moderat, yang berada di tengah-tengah antara agresif dan konservatif," ujarnya.
Jika sudah mendapatkan informasi tersebut, kata Pintor, baru investor dapat memilih saham yang tercatat di pasar sekunder atau di papan perdagangan BEI.
Ada kelompok saham yang dijuluki saham-saham blue chips atau first liner alias saham lapis satu. Saham-saham tersebut masuk ke dalam daftar saham indeks LQ45. Indeks saham dibuat untuk mengukur pergerakan harga saham.
"Sesuai namanya, ada 45 saham yang terdaftar di dalam indeks ini, yang terdiri atas saham-saham blue chips atau yang memiliki kapitalisasi pasar besar, dan dikenal sebagai perusahaan-perusahaan besar," kata Pintor.
Ciri lain dari saham blue chips adalah harga saham yang relatif mahal dan kenaikan harga saham yang juga stabil, tidak terlalu besar, karena perusahaannya sudah stabil.
Saham blue chips cocok untuk investor konservatif dan moderat. Kelemahannya, jika modal terbatas, investor belum tentu bisa membeli saham dalam jumlah banyak karena harga saham sudah mahal.
"Ciri lain dari perusahaan yang disebut saham blue chips, yaitu sudah memiliki brand yang kuat dan berdiri lama, serta secara keuangan perusahaan pun sudah mapan dan stabil," tutur Pintor.
"Umumnya perusahaan blue chips membagikan dividen atau keuntungan perusahaan setiap tahun kepada investor. Jadi, walaupun volatilitas harga saham rendah, investor masih memiliki potensi keuntungan lain berupa dividen," sambungnya.