Lima saham blue chips yang masuk dalam perhitungan indeks saham LQ45, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Indeks LQ45 juga terdiri dari saham lain dari perusahaan besar yang sudah teruji kinerja keuangannya selama beberapa dekade.
"Namun, investor agresif tentunya mengharapkan keuntungan yang jauh lebih tinggi dari kenaikan harga saham-saham blue chips," ujarnya.
"Ada kelompok saham yang dikategorikan saham second liner, yaitu saham-saham dari perusahaan menengah atau perusahaan besar, tetapi yang berdiri belum terlalu lama. Saham-saham yang berasal dari perusahaan yang sedang bertumbuh diyakini memiliki potensi yang dapat berkembang besar di masa depan," kata Pintor.
Saham Second Liner
Saham-saham second liner atau lapis dua memiliki ciri-ciri kapitalisasi pasar yang nilainya menengah. Kapitalisasi pasar adalah perkalian antara harga saham dan jumlah saham yang tercatat di BEI. Lalu, harga sahamnya tidak setinggi saham blue chips, dan volatilitas saham lebih cepat.
BEI memiliki indeks saham IDX SMC Composite yang berisi saham-saham dengan kapitalisasi pasar antara Rp1 triliun sampai Rp50 triliun. Lalu dibuat juga indeks saham di kelompok menengah yang likuid atau aktif diperdagangkan, dengan nama IDX SMC Liquid.