Dia lebih lanjut mengatakan, pelemahan saham lebih disebabkan oleh kondisi makro ekonomi secara umum. Selain itu, investor juga melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah saham BSI naik tajam usai tertekan usai Idulfitri.
"Saya kira kondisi makro dan aksi profit taking itu juga dilakukan para investor. Jadi wajarlah biasa kalau habis, ini kan bulan-bulannya pembagian dividen ya. Biasanya dilakukan aksi profit taking," ujarnya.
BSI sebelumnya juga elah mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp1,05 triliun untuk tahun buku 2024. Dividen setara Rp22,78 per saham itu rencananya dicairkan pada 19 Juni 2025.
Dia melihat penurunan tersebut masih wajar. Dia juga melihat penurunan ini seharusnya menjadi momentum bagi investor untuk melakukan buyback.
"Tapi kita lihat masih wajar kok ya, apa namanya, toleransinya itu masih wajar. Saya kira nanti sebentar lagi juga akan naik lagi. Jadi saatnya beli ya. Kan beberapa hari yang lalu kita sempat juga sentuh di Rp3.000 ya," ujarnya.