Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai pergerakan saham DCII tidak didukung oleh katalis atau fundamental yang signifikan. Menurutnya, kenaikan harga lebih dipengaruhi oleh aliran dana global ke sektor teknologi serta aksi korporasi yang direncanakan perusahaan.
Dengan harga saat ini, DCII menjadi saham termahal di Bursa Efek Indonesia, melampaui saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang diperdagangkan di Rp43.875 per saham, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) di Rp42.300 per saham, dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Rp39.900 per saham.
Fluktuasi harga yang tajam membuat BEI sempat menghentikan perdagangan (suspensi) saham ini sebanyak dua kali, yakni pada 25 Februari 2025 serta pada 27 Februari hingga 4 Maret 2025.
Setelah kembali diperdagangkan pada 5 Maret 2025, saham DCII sempat mengalami kenaikan signifikan, meskipun berada di papan full call auction (FCA), yang umumnya membatasi likuiditas dan transaksi perdagangan.
Sebelumnya, lonjakan harga saham DCII belakangan ini di tengah kabar bahwa perseroan tengah mempertimbangkan aksi pemecahan nilai nominal saham (stock split). Direktur Utama DCII, Toto Sugiri, mengungkapkan rencana tersebut dalam pertemuan dengan sejumlah media di Jakarta, pada 18 Februari 2025.