"Terlepas dapatnya sedikit banget (saat IPO) kalau punya saham RATU. Misalnya skenario terbaik ARA, apalagi volume dan value-nya kecil, ya sudah nggak masalah, ARA-nya masih berpotensi lanjut lagi," katanya belum lama ini.
Saham RATU mencetak kinerja fenomenal sejak IPO pada 8 Januari 2025. RATU menjadi saham paling dinanti yang tercermin dari sahamnya yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscription) hingga 313,5 kali. Sebagian besar investor ritel hanya memperoleh 2-3 lot saham RATU saat penjatahan pooling (pooling allotment).
Tak pelak, harga sahamnya mengalami ARA berjilid-jilid dan menjadi rebutan pelaku pasar di pasar reguler. Kondisi ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) turun tangan dan menetapkan status Unusual Market Activity (UMA), suspensi sebanyak dua kali, hingga terakhir dimasukkan ke dalam papan FCA.
Namun, berbagai tindakan yang dilakukan Bursa tidak mampu menghentikan laju saham RATU. Dengan kenaikan ini, nilai kapitalisasi pasar anak perusahaan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) itu melesat menjadi Rp16 triliun dengan price earning ratio (PER) 46 kali dan price to book value (PBV) 47 kali, yang menjadikan valuasinya paling premium di antara emiten migas lainnya.
(Rahmat Fiansyah)