“Perlambatan penjualan didorong oleh tren yang lebih lemah di Starbucks. Ini menandai tren perlambatan selama tiga minggu berturut-turut di tengah boikot dan pemogokan buruh baru-baru ini, termasuk pada Red Cup Day (16 November). yang mempengaruhi sebanyak 200 lokasi di AS,” tulis analis Matthew Goodman dalam sebuah catatan pada 1 Desember.
Diketahui beberapa negara dengan mayoritas Muslim melakukan boikot terhadap brand-brand yang mendukung Israel imbas pecahnya perang Israel-Palestina. Hal ini dilakukan untuk menyampaikan pesan bahwa mereka mengkritik serangan Israel yang membabi buta terhadap warga Palestina di Gaza.
Inisiatif ini dipimpin oleh Palestina yang dikenal sebagai gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS). Gerakan ini mendorong pemboikotan, divestasi, dan sanksi ekonomi terhadap Israel.
Sejumlah produk brand kenamaan berbasis Amerika Serikat (AS) yang mendukung Israel juga turut menjadi bulan-bulanan netizen. Sejumlah brand ini cukup terkenal dan ada dalam kehidupan sehari-hari termasuk Starbucks.
Hampir dua bulan setelah perang antara Israel dan Hamas, protes yang menargetkan beberapa perusahaan yang bersikap pro-Israel masih terus bergaung di media sosial.