Pelemahan dolar terjadi setelah mata uang itu menyentuh level terendah dalam sepekan terhadap yen, karena pasar masih mencerna penurunan peringkat kredit pemerintah AS yang mengejutkan, serta kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan perdagangan.
Sementara itu, data resmi dari China menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel melambat pada April, di tengah kekhawatiran bahwa perang dagang dapat menghambat momentum ekonomi negara tersebut.
Harga rumah baru di China juga tercatat stagnan untuk bulan kedua berturut-turut pada April, memperpanjang tren tanpa pertumbuhan selama hampir dua tahun, meskipun pemerintah telah berupaya menstabilkan sektor properti.
Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara televisi pada Minggu menyatakan, Presiden Donald Trump akan menerapkan tarif seperti yang telah diancamkan bulan lalu terhadap mitra dagang yang tidak bernegosiasi secara itikad baik.
“Pembuatan kebijakan Trump yang tidak konsisten menjadi risiko penurunan berkelanjutan terhadap proyeksi harga logam dalam beberapa bulan ke depan,” kata lembaga riset BMI, unit dari Fitch Solutions, dikutip Reuters, Senin (19/5).