IDXChannel - Nilai mata uang rupiah hari ini di pasar spot mengalami koreksi atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan awal pekan, Senin pagi (21/2/2022). Hingga pukul 09:06 WIB, mata uang Garuda turun -16 poin atau -0,12% di Rp14.344 per 1 dolar Amerika Serikat
Pasar uang di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak mixed atas dolar AS, seperti Yen Jepang stagnan 0,00% di 115,00, Dolar Hong Kong terpuruk -0,01% di 7,8008, dan Won Korea Selatan tumbuh 0,06% di 1.194,96.
Ringgit Malaysia tertekan -0,05% di 4,1860, Peso Filipina naik 0,07% di 51,395, dan Dolar Taiwan terjatuh -0,05% di 27,855, Baht Thailand menguat 0,14% di 32,115, Dolar Australia naik 0,32% di 0,7196, Dolar Singapura tumbuh 0,10% di 1,3441, dan Yuan China menanjak 0,02% di 6,3238.
Indeks dolar memulai awal pekan pagi ini dengan koreksi -0,16% di 95,89, sebagai respons kekhawatiran atas konflik di Eropa Timur.
"Ketegangan Rusia-Ukraina mulai mendominasi sentimen risiko dan aksi harga. Pasar tampaknya masih mencermati perkembangan berita untuk mengetahui kejelasannya," kata analis Barclays dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Senin (21/2/2022).
Mata uang euro sedikit terangkat di awal sesi pagi ini setelah kantor staf presiden Prancis mengumumkan Presiden Emmanuel Macron, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada prinsipnya telah sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak tentang krisis Ukraina.
Euro naik 0,12% lebih tinggi pada mencapau 1,13340 sementara yen berada di 115,05 per dolar, menghentikan pergerakan sebelumnya yang sempat menuju level terendah dua minggu terakhir di 114,7.
Secara umum, pergerakan mata uang sejalan dengan pergerakan sentimen risiko di seluruh instrumen aset. Ketika tidak terdampak situasi di Eropa timur, pasar mata uang juga masih berkonsentrasi pada kebijakan bank sentral, dengan isu utama kecepatan dan ukuran kenaikan suku bunga pasar.
Investor masih terus menanti serangkaian pernyataan publik dari sejumlah pejabat Federal Reserve AS pada minggu ini sebagai petunjuk bahwa kenaikan suku bunga 50 basis poin yang besar dapat terjadi pada pertemuan Fed bulan Maret mendatang.
(NDA)