IDXChannel - Booming kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) melanda dunia. Harga saham perusahaan terkait sektor tersebut pun terbang ke angkasa.
Melompatnya laba kuartal IV-2023 raksasa pembuat chip artificial intelligence (AI) berbasis Amerika Serikat (AS) Nvidia Corp (NVDA) yang melonjak lebih dari 700 persen, misalnya, sempat menggegerkan pasar.
Menurut data dari S&P Global Market Intelligence, saham NVDA sudah melompat 28,6 persen sepanjang bulan Februari saja.
Selain NVDA, sejumlah saham terkait AI di Wall Street juga kompak meroket sepanjang 2024. Di antaranya seperti saham MicroStrategy (MSTR) dan C3.ai (AI) yang secara year to date (YTD) meroket 81,89 persen dan 12,94 persen.
Ada juga Super Micro Computer Inc (SMCI) yang naik 294 persen YTD dan AMD yang naik 51,99 persen YTD. Sementara Nvidia sudah meroket 85,15 persen YTD. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tak hanya di bursa AS Wall Street, hype AI juga menular hingga Tanah Air.
Peluang ini langsung ditangkap oleh PT Indosat Tbk (ISAT) melalui grup Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) group yang menjalin kerja sama bisnis dengan Nvidia untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan di Tanah Air.
Sinergi dengan raksasa teknologi AS itu diharapkan dapat membawa Indonesia dalam barisan terdepan dalam pasar AI di skala global.
Kolaborasi ini dikukuhkan melalui Nota Kesepahaman (MoU) tentang pembentukan lanskap teknologi Indonesia. MoU ini ditandatangani oleh President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha dan Senior Vice President of Telecom Nvidia Ronnie Vasishta, di Mobile World Congress (MWC) 2024 Barcelona.
"Kolaborasi ini menandai momentum penting bagi perjalanan Indonesia menuju bangsa digital global yang didukung oleh kemampuan AI. Teknologi ini nantinya akan diimplementasikan pada pusat data yang dioperasikan oleh BDx Indonesia, sebuah perusahaan patungan Indosat Ooredoo Hutchison, Lintasarta, dan BDx Data Centers," kata Vikram Sinha, Rabu (28/2/2024).
Lantas seperti apa peluang dan tantangan pengembangan AI di Tanah Air ke depan? Kira-kira sektor apa saja yang bisa kecipratan cuan dari booming AI yang sedang berlangsung?
Potensi Ekonomi AI di Indonesia
Magnet AI dalam bisnis di Asia Tenggara, khususnya Indonesia cukup menyedot segmen bisnis dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan InfoBrief IDC Terdapat lonjakan penerapan AI di kalangan bisnis di Asia Pasifik (APAC).
Proporsi bisnis di kawasan ini yang menggunakan AI dalam operasionalnya bahkan mengalami lonjakan dari 39 persen 2020 dan 2021 menjadi 76 persen pada 2022.
Data tersebut menunjukkan tren peningkatan dalam penerapan AI, khususnya di Asia Tenggara, dimana perusahaan-perusahaan diperkirakan akan berinvestasi 67 persen lebih banyak pada AI dan machine learning (ML) pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Ini tak mengejutkan jika dilihat kapitalisasi pasar (market cap) AI Generatif diproyeksikan akan mencapai USD2,18 miliar pada 2024 secara global, setara Rp 34,14 triliun (kurs Rp15.660 per USD).
Melansir data Statista, market size AI ini diperkirakan menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2024-2030) sebesar 23,27 persen dan menghasilkan volume pasar sebesar USD7,65 miliar pada tahun 2030. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sebagai perbandingan global, market size terbesar AI akan berada di AS yang diprediksi akan mencapai USD23,20 miliar pada tahun ini.
Melansir riset IBM, Rabu (6/2/2024), Indonesia saat ini memimpin kawasan Asia Tenggara dengan perkiraan kontribusi AI sebesar USD366 miliar terhadap PDB nasional.
AI juga disebut akan menyumbang peningkatan output ekonomi yang diperkirakan akan didorong oleh integrasi dan pemanfaatan teknologi AI di berbagai sektor di seluruh negeri.
Dengan ini, posisi RI bahkan paling unggul dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Dengan Thailand berada di urutan kedua dan Malaysia di urutan ketiga, sementara Singapura berada di urutan keempat. (Lihat grafik di bawah ini.)
“AI generatif akan memberikan dampak berganda pada bisnis, mulai dari pengambilan keputusan, pengalaman pelanggan, hingga pertumbuhan pendapatan. Namun, memperkuat talenta manusia sangatlah penting untuk merangkul AI,” kata Roy Kosasih, Presiden Direktur, IBM Indonesia (6/2).
Peta Persaingan AI di Sektor Telko RI
Selain ISAT, lompatan dalam pengembangan AI juga diambil oleh sang kompetitor, PT XL Axiata Tbk (EXCL).
EXCL dilaporkan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) MOU oleh pihak Huawei dalam acara Mobile World Congress 2023 di Barcelona, Kamis (29/2) yang bertujuan untuk menggunakan kekuatan teknologi AI.
Tak hanya ISAT dan EXCL, Emiten teknologi digital khususnya di bidang solusi dan konsultasi digital serta distribusi digital, PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) melalui anak perusahaan PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) berhasil mendapatkan kepercayaan sebagai distributor resmi IBM.
Melalui kerjasama dengan IBM ini, MTDL tengah mengembangkan segmen bisnis AI generatif untuk bisnis. Di antaranya dengan menawarkan produk perangkat lunak dan perangkat keras IBM, termasuk produk advanced server, storage, dan software yang termutakhir untuk memenuhi kebutuhan konsumen bagi sektor pasar komersial di Indonesia.
Tak mau kalah, perusahaan telko pelat merah, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga menjalin kerja sama dengan Huawei di bidang AI.
Layanan yang diluncurkan TLKM terkait AI dalam ajang MWC24 ini adalah penyediaan solusi video surveillance berbasis cloud dan AI.
Tersengat oleh euforia AI, saham ISAT dan EXCL sempat melonjak setelah mengumumkan pengembangan bisnis di bidang kecerdasan buatan.
Pasca pengumuman kerjasama AI, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per Jumat (1/3) pukul 09.44 WIB, saham EXCL terbang 7,98 persen ke level Rp2.570 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp109,63 miliar dan volume perdagangan 43,98 juta saham.
Ini mendorong saham EXCL menguat 2,1 persen secara mingguan dan telah meroket 21 persen Secara Year to Date (YTD) per Kamis (7/3). Tak hanya EXCL, saham ISAT juga sudah melesat 24,27 persen pada periode yang sama. Sementara saham MTDL juga terkerek 3,74 persen secara YTD. (Lihat tabel di bawah ini.)
Analisis CLSA Sekuritas memprediksi sebagian besar investor masih bersikap positif terhadap sektor ini.
“Para investor percaya bahwa perbaikan harga sektor ini akan terus berlanjut dalam jangka menengah, meskipun harga pada tahun 2024 mungkin akan lebih kecil,” ujar riset CLSA Sekuritas.
CLSA juga menyoroti persaingan yang lebih ketat di luar Jawa yang didorong oleh Indosat yang lebih fokus pada pemanfaatan jaringan tahun ini. Sementara Telkom (TLKM) digadang mencatat tingkat pertumbuhan lebih tinggi, sementara Indosat (ISAT)XL dan XL Axiata (EXCL) mencatat pertumbuhan lebih rendah
“Favorit investor tetap ISAT karena tingkat pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan industri. Kami juga memasarkan TLKM sebagai nama lain untuk ditambahkan,”
Sementara langkah merger antara EXCL dan Smartfren dipandang bermanfaat bagi sektor ini ke depan.
Dalam riset IBM terbaru, perusahaan chip berbasis AS ini juga menemukan bahwa selain sektor telko, industri jasa keuangan tampaknya mengadopsi lebih banyak fungsi AI dalam organisasi.
“AI digunakan dalam menangkap pengalaman nasabah (100 persen), deteksi penipuan (23 persen) dan pemrosesan pinjaman (10 persen), dengan menggunakan chatbot, dasbor, dan aplikasi elektronik kenal-pelanggan,” kata laporan itu.
Temuan tersebut sejalan dengan hasil working paper McKinsey 2020, di mana penerapan AI di sektor perbankan dapat memberikan 4 manfaat positif bagi bank itu sendiri. Di antaranya meningkatkan profit, personalisasi skala besar, menggarap pasar omnichanel (belanja online), dan meningkatkan inovasi di perusahaan.
Dari penelitian McKinsey tersebut, ditemukan juga bahwa hamper 60 persen perbankan besar global telah memanfaatkan AI pada sitem bisnis mereka. Sebagian besar dari mereka memanfaatkan AI untuk virtual assistant (CS robot), sebagai alat deteksi fraud, dan monitoring risiko secara realtime.
Sementara pemanfaatan AI dalam industri manufaktur di Indonesia lebih fokus pada dasbor untuk layanan bersama, serta membuka potensi untuk mengoptimalkan manufaktur melalui manajemen inventori (100 persen), prediksi permintaan (33 persen), dan pemrosesan data (33 persen).
Tantangan Pengembangan AI di Indonesia
Menurut survei IBM, sebagian besar responden korporat lokal (62 persen) di Indonesia juga telah berinvestasi dalam pembuatan program pilot AI di perusahaan mereka.
Dalam riset berjudul Generative AI: Mempersiapkan Masa Depan Ekosistem Bisnis di Indonesia dengan AI Yang Beretika ini menunjukkan bahwa 23 persen perusahaan yang disurvei berada dalam tahap investasi AI dan telah mengadopsi kemampuan AI untuk berinteraksi dengan fungsi bisnis perusahaan.
Namun, sejumlah tantangan utama masih menjadi hambatan pengembangan AI.
Tantangan ini terletak pada kesenjangan keterampilan digital (48 persen), kurangnya tata kelola data internal (40 persen), dan kurangnya visibilitas pada hasil bisnis (12 persen).
Menurut studi, hal ini telah menghambat perusahaan yang disurvei untuk maju ke tahap berikutnya.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa beberapa tantangan paling penting terletak pada pengelolaan "big data" secara efektif untuk membuat keputusan yang tepat, mengurangi risiko, dan menangani pertanyaan secara real-time.
Untuk faktor tantangannya sendiri, hampir setengah dari bisnis Indonesia yang disurvei (47 persen) mengalami kesulitan menangani kesenjangan keterampilan digital, terutama dalam hal pengelolaan tim, memanfaatkan keahlian khusus, dan mendorong komunikasi yang dibutuhkan.
Guna mendorong pengembangan di Tanah Air, Pemerintah Indonesia dan AS sempat menjajaki kerja sama pengembangan teknologi kecerdasan artifisial untuk mempercepat pengembangan teknologi baru tersebut.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan komitmen Indonesia dalam mengembangkan teknologi AI memerlukan dukungan kerja sama dengan negara besar seperti AS. Kerja sama berupa transfer ilmu pengetahuan terkait pemanfaatan AI.
East Venture juga berpendapat, untuk sepenuhnya memanfaatkan AI di seluruh sektor, Indonesia harus memprioritaskan pengelolaan data yang bertanggung jawab dan mematuhi peraturan.
Dengan menerapkan praktik yang bertanggung jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data, Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang mendukung penggunaan AI yang etis dan efektif, sehingga mendorong peningkatan produktivitas dan hasil yang lebih baik.
“Dengan memanfaatkan kemungkinan AI, Indonesia siap mencapai kemajuan luar biasa di semua sektor dan membentuk masa depan yang lebih cerah bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tulis East Ventures dikutip dari website resminya, Juli 2023. (ADF)