Inflasi Turki sebagian besar tetap stabil dalam satu digit tahun 2004 hingga 2016. Namun kebijakan pemerintah lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan pinjaman murah melalui suku bunga rendah, sehingga mengorbankan lira dan stabilitas harga, serta memicu putaran inflasi yang memuncak di tahun ini.
“Kami memperkirakan inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang di tengah meningkatnya biaya energi dan setelah bank sentral memangkas suku bunga. Ini akan melihat level tahun-ke-tahun mencapai puncaknya pada bulan Oktober sebelum mundur ke 69% pada akhir tahun,” ujar salah satu ekonom yang turut serta dalam jajak pendapat Bloomberg, Selva Bahar Baziki.
Menurut survei bank sentral di bulan Agustus menyatakan bahwa responden mengantisipasi inflasi di atas 24 persen selama dua tahun ke depan. Sedangkan pemerintah Turki menaikkan pertumbuhan harga menjadi 65 persen pada 2022, dari posisi sebelumnya yang hanya 9,8 persen saja.
Pemerintah baru memperkirakan perlambatan menjadi sekitar 25 persen pada tahun depan. Bahkan hingga 2025 mendatang, posisi pertumbuhan harga diyakini tidak akan pernah bisa kembali ke level di bawah 10 persen.
Pejabat Turki masih menganggap kenaikan ini disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina yang mempengaruhi lonjakan global dalam biaya makanan dan komoditas.