Wilson menilai prospek EBT akan ditopang oleh sejumlah katalis positif di antaranya roadmap 2021-2025 dengan target peningkatan bauran EBT sebesar 23% pada 2025, rasio elektrifikasi 100%, dan penyelesaian program 35 GW.
Indonesia juga menargetkan penurunan gas rumah kaca sebesar 34,8% pada tahun 2025 dan 58,3% pada tahun 2050.
Prospek ini dinilai terbuka lebar mengingat saat ini konsumsi EBR di Indonesia masih rendah. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat konsumsi EBT Indonesia baru 151 kWh atau nomor 7 di Asia Tenggara pada 2017, setelah Malaysia 689 kWH, Vietnam 673 kWH, Thailand 364 kWH, Filipina 213 kWH, Myanmar 178 kWH, dan Kamboja 168 kWH. (TYO)