IDXChannel - Sikap hawkish Gubernur Federal Reserve Jerome Powell pada akhir pekan lalu masih menyisakan dampak bagi bursa regional di awal minggu ini, termasuk Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merayap di zona merah sepanjang perdagangan Senin (29/8), kendati menjelang penutupan mulai terbentuk sinyal rebound.
Penegasan Fed yang bakal melanjutkan kenaikan suku bunga acuan meski harus mengorbankan perlambatan ekonomi menjadi beban bagi indeks, mengingat hal itu dapat menggiring otoritas emerging market untuk ikut mendongkrak suku bunganya, termasuk Bank Indonesia (BI) yang beberapa waktu lalu menaikkan 25 bps. Setidaknya hal itu yang menjadi dasar argumen Analis MNC Sekuritas, T Herditya Wicaksana.
"Betul sekali, dengan adanya rencana kenaikan suku bunga Fed yang agresif, hal ini juga bisa menggiring naik suku bunga acuan Bank Indonesia," kata Herditya dalam 2nd Session Closing IDX Channel, Senin (29/8/2022).
Lonjakan suku bunga BI juga dinilai muncul untuk mengantisipasi risiko inflasi menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ke depan, sekaligus menahan nilai mata uang rupiah dari sentimen global.
Herditya mewaspadai dampak Fed ini dapat meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar modal, yang pada akhirnya memicu aksi jual investor. Terlebih, IHSG -sebagai indikator pergerakan seluruh saham- telah menguat 8,37% secara year to date per Senin (29/8), yang juga berpotensi mengalami koreksi.
"Kami melihat pergerakan IHSG cenderung bearish ke depan," ujar Herditya sambil memperjelas bahwa katalis suku bunga dapat memengaruhi kinerja saham-saham yang memiliki leverage utang yang besar seperti teknologi, konstruksi, hingga infrastruktur.
Sementara itu Founder WH Project, William Hartanto menilai koreksi IHSG pada Senin (29/8) sebesar 0,04% bukanlah hal yang perlu ditakuti. Secara teknikal, IHSG membentuk pola long legged hammer, yang memberikan harapan untuk rebound.
"Kami setuju ada ekspektasi terjadinya rebound pada perdagangan Selasa (30/8)," kata William dalam risetnya, sembari menambahkan ada pelemahan signifikan di awal perdagangan, justru peluang untuk buy on weakness.
Secara fundamental, William mengakui bahwa data ekonomi global dapat menimbulkan respons dari pelaku pasar. Sama seperti Herditya, William menilai katalis Fed bisa menjadi pemberat bagi indeks.
"Sentimen Fed rate itu nyata, dan memang Dow Jones sempat melemah hingga -3% pada hari Jumat pekan lalu. Namun pada IHSG, kebetulan tidak ada saham yang terdistribusi, bahkan hingga perdagangan kemarin," tandasnya.
William memprediksi IHSG masih akan bergerak mixed dengan range di area 7086 – 7232. Adapun arah tren dinilai masih cukup menguat selama level support 7086 dipertahankan.
"Pada awal pekan ini diperkirakan pergerakan IHSG mengalami volatilitas tinggi dan melemah terbatas," tandasnya.
(SAN)