Dari sisi pendapatan, AADI mencatat kenaikan 6,1 persen QoQ, ditopang peningkatan volume penjualan menjadi 17,58 juta ton, meski harga jual rata-rata (ASP) melemah 1,3 persen ke USD67 per ton.
Secara operasional, produksi batu bara AADI juga meningkat 9 persen ke 17,5 juta ton dengan stripping ratio naik ke 4,3x (vs. 1Q25: 3,2x).
Menariknya, lanjut Stockbit, margin laba bersih AADI melonjak 200 basis poin menjadi 18,8 persen, salah satunya akibat pembalikan rugi lain-lain sebesar USD5 juta pada kuartal I menjadi keuntungan USD28 juta di kuartal II.
Selain itu, penurunan tarif royalti IUPK turut menekan beban royalti hingga 22 persen QoQ, sehingga menjaga laba kotor tetap positif.
ADRO di bawah ekspektasi
Berbeda dengan AADI, ADRO justru masih tertahan dengan mencatatkan laba bersih USD98 juta atau setara Rp1,56 triliun pada kuartal II-2025, sehingga total laba bersih semester I hanya mencapai USD175 juta, atau Rp2,8 triliun, baru 39 persen dari estimasi konsensus.