Kinerja yang lesu pada kuartal pertama membuat ADRO masih tertinggal dari target tahun penuh.
Meski demikian, ADRO membukukan pendapatan USD476 juta pada kuartal II terutama didukung lonjakan kontribusi jasa pertambangan dan penjualan batu bara metalurgi.
Dari sisi profitabilitas, margin laba usaha ADRO melejit 950 bps ke 30,3 persen seiring pertumbuhan biaya pokok yang lebih moderat dan penurunan opex. Produksi batu bara metalurgi juga naik signifikan 18,2 persen menjadi 1,88 juta ton, sementara stripping ratio turun ke 3,3x (vs. 1Q25: 3,55x).
Ke depan, Stockbit menilai AADI berpotensi melanjutkan momentum positif pada paruh kedua 2025, seiring target penjualan 65-67 juta ton tahun ini.
Tren kenaikan harga batu bara belakangan juga membuka ruang ASP lebih tinggi di kuartal berikutnya. Sementara itu, bagi ADRO, tantangan mengejar ekspektasi konsensus masih cukup berat, mengingat realisasi kinerja semester I yang masih jauh dari target.