Sebagaimana diketahui, stagflasi terbentuk dari pertumbuhan ekonomi yang lambat ditambah lonjakan inflasi. Kondisi yang terjadi sejak tahun lalu ini mendorong bank sentral AS atau Federal Reserve memperketat kebijakan moneternya. The Fed telah menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 5%-5,25% pada Kamis (4/5/2023).
Sementara itu, rilis data ketenagakerjaan AS pada Jumat (5/5/2023) menunjukkan kenaikan upah per jam pada periode April sebesar 4,4% year-on-year (YoY). Angka ini masih cukup panas jika disandingkan dengan target inflasi The Fed di kisaran 2%.
Investor Tunggu Rilis Inflasi
Sebelumnya, kekhawatiran terhadap stagflasi telah membebani instrumen saham. Berdasarkan catatan Goldman Sachs, rata-rata konstituen dalam indeks S&P500 turun 2,1% selama periode yang ditandai adanya stagflasi dalam kurun 60 tahun terakhir.
Pada Rabu pekan depan, semua mata investor akan tertuju pada pengumuman inflasi, yang dapat memberikan gambaran terkait potensi kenaikan suku bunga The Fed di masa depan. Sebelumnya, tingkat inflasi AS mencapai 5,0% (YoY) dengan inflasi inti sebesar 5,6% (MoM).