Keyakinan tersebut, menurut Abednedju, didasarkannya pada pengalaman dan rekam kinerja perusahaan selama pandemi COVID-19 berlangsung dalam dua tahun terakhir. Abednedju mengklaim, selama periode tersebut, kinerja GRP masih tetap mampu dipertahankan di wilayah positif.
"Soal ada challenge di pasar, itu sih sudah biasa. Namanya juga bisnis, tidak bisa kita berharap selalu lancar-lancar saja. Tapi so far bahkan saat pandemi pun (kinerja) kami tetap positif. Jadi kalau kita bicara kondisi sekarang, apa yang perlu dikhawatirkan?" tutur Abednedju.
Pernyataan tersebut, Abednedju menjelaskan, bukan disampaikannya dalam makna sombong dan abai dengan potensi kendala yang oleh sebagian pihak diperkirakan bakal terjadi di tahun depan. Ancaman utama tentu datang dari potensi terjadinya resesi global.
"Kami bukannya over confidence. Namun logikanya, dengan pasar yang stuck seperti saat pandemi saja kami mampu bertahan, apalagi sekarang di mana perekonomian sudah mulai pulih. Pasar sudah menggeliat lagi. Jadi secara demand (tahun depan) justru lebih bagus (dibanding saat pandemi)," ungkap Abednedju.
Terlebih, lanjut Abednedju, keyakinannya itu dilandaskan pada karakter dasar industri baja yang disebutnya sebagai mother of industry. Klaim itu, merujuk pada fakta bahwa bisnis yang digelutinya itu menghasilkan beragam produk baja yang dibutuhkan oleh industri-industri lain.