sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tembaga Jadi Indikator Penting Ekonomi Global

Market news editor Maulina Ulfa
29/04/2024 16:49 WIB
Harga tembaga berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) dalam tren menguat di tengah ketatnya pasokan dan permintaan yang diprediksi menguat.
Tembaga Jadi Indikator Penting Ekonomi Global. (Foto: Reuters)
Tembaga Jadi Indikator Penting Ekonomi Global. (Foto: Reuters)

Meningkatnya permintaan tembaga mungkin menandakan belanja konstruksi dan infrastruktur yang lebih tinggi, sementara penurunan permintaan tembaga mungkin mengindikasikan berkurangnya aktivitas konstruksi dan infrastruktur.

  1. Sinyal Perdagangan dan Manufaktur Global

Tembaga adalah komoditas yang diperdagangkan secara global, dan perubahan harga tembaga dapat mencerminkan pergeseran dalam aktivitas perdagangan dan manufaktur global.

Misalnya, peningkatan permintaan tembaga mungkin menunjukkan aktivitas manufaktur yang lebih tinggi karena digunakan dalam produksi berbagai barang.

Demikian pula, penurunan permintaan tembaga mungkin mengindikasikan berkurangnya aktivitas manufaktur, yang dapat menjadi indikator utama perlambatan ekonomi.

  1. Indikator Inflasi dan Kebijakan Moneter

Harga tembaga juga diawasi secara ketat oleh pembuat kebijakan sebagai indikator inflasi dan kebijakan moneter.

Tembaga sering digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi karena korelasi historisnya dengan perubahan harga konsumen.

Meningkatnya harga tembaga mungkin menandakan potensi tekanan inflasi, yang dapat mendorong bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter, seperti menaikkan suku bunga.

Sebaliknya, penurunan harga tembaga mungkin menunjukkan adanya tekanan deflasi, yang dapat mendorong bank sentral untuk menerapkan kebijakan moneter yang bersifat stimulatif, seperti menurunkan suku bunga.

  1. Logam Pendukung Transisi Energi

Selain itu, peran tembaga juga teramat penting dalam mendorong transisi energi menuju zero karbon.

“Untuk mencapai net-zero, kita akan membutuhkan tembaga dalam jumlah besar, dan kita memerlukan terobosan ntuk meningkatkan pasokan," kata Bernard Dahdah, analis komoditas senior di Natixis SA.

Namun, gangguan pertambangan dan pengilangan yang mengakibatkan berkurangnya pasokan, tembaga yang menyebabkan persediaan rendah hampir di semua tempat di dunia.

Menurut laporan perusahaan riset CRU Group, produksi tambang tembaga yang saat ini beroperasi akan turun tajam pada tahun-tahun mendatang.

Pada Maret, pabrik peleburan tembaga China yang memproses lebih dari separuh pasokan logam merah dunia, memulai pengurangan produksi untuk mengatasi kekurangan bahan mentah dalam negeri.

Lembaga keuangan Morgan Stanley memperkirakan produksi tembaga yang ditambang akan turun 0,7 persen tahun ini.

Sementara itu, data dari London Metal Exchange per 21 April 2024 menunjukkan persediaan tembaga turun menjadi 56.000 ton, jumlah terkecil sejak tahun 2005.

Selain itu, Codelco Copper Mining milik negara Chile mengatakan produksi pada 2023 diperkirakan turun sebanyak 7 persen, setelah penurunan 10,6 persen pada 2022.

Meskipun permintaan tembaga mempunyai korelasi langsung dengan aktivitas ekonomi, tetapi hal ini belum menjadi indikator utama kinerja pasar saham.

Selama 40 tahun terakhir, sebenarnya terdapat korelasi terbalik antara harga tembaga dan imbal hasil S&P 500, yang merupakan indeks dengan banyak perusahaan sektor riil.

Contoh paling jelas dari korelasi terbalik ini terjadi antara awal 2011 dan awal 2016. Selama lima tahun tersebut, tembaga turun hampir 60 persen, dan S&P 500 hampir dua kali lipat dalam empat tahun berikutnya.

Meskipun korelasi keseluruhannya berbanding terbalik, namun korelasinya tidak stabil seiring berjalannya waktu. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement