IBPE mengekspor sekitar 75 persen produksi batubaranya ke negara-negara seperti India, China, Vietnam, dan Thailand. Sedangkan 25 persen lagi sisa hasil produksi dijual ke pasar dalam negeri untuk memenuhi kewajiban Domestic Market Obligation (DMO). Dalam dua tahun pertama, dua jenis tambang yang bakal dieksplorasi adalah Pit Corundum dan Beryl.
"Sedangkan penambangan di Pit Amethyst akan dimulai pada tahun ketiga, bersamaan dengan pit-pit baru yang sedang dan akan disiapkan, mengingat luas area penambangan 15 ribu hektar belum sepenuhnya dieksplorasi dan masih banyaknya area yang masih memerlukan proses verifikasi dari KCMI (Komite Cadangan Mineral Indonesia)," ungkap Leader.
Saat ini, IBPE disebut Leader telah memiliki infrastruktur pertambangan yang dibangun dan disiapkan secara memadai, dengan pit dan disposal area di tambang, hauling road yang membentang 2 hingga 5 Km dari pit ke port, jembatan timbang, dan kantor untuk kebutuhan administrasi.
Selain IBPE, dua tambang IATA lainnya, yang dikelola melalui PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), juga sudah dalam tahap produksi, dengan output 2,5 juta MT pada tahun 2021. Sedangkan PT Arthaco Prima Energy (APE) juga ditargetkan mulai berproduksi pada tahun ini.
"Kami sedang dalam tahap persiapan, dengan pembangunan hauling road dan port untuk mendukung proses produksinya APE," tegas Leader. (TSA)