Di lain pihak, laba kotor juga meningkat 62 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp1,02 triliun, dengan marjin 34,4 persen, yang menunjukkan keberhasilan strategi hilirisasi dalam memperkuat profitabilitas.
Secara kumulatif hingga 9M25, pendapatan STAA mencapai Rp6,56 triliun atau tumbuh 48,5 persen (YoY). Di lain pihak, EBITDA naik 35 persen (YoY) menjadi Rp2,01 triliun dengan marjin 30,6 persen, mencerminkan efisiensi biaya dan kestabilan kinerja operasional.
STAA juga berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,35 triliun, tumbuh 42,3 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama di 2024 lalu, dengan marjin laba bersih 20,5 persen.
Dari sisi operasional, total produksi Tandan Buah Segar (TBS) selama 9M25 mencapai 803.901 ton, tumbuh 3,4 persen (YoY), didukung oleh produktivitas kebun inti dan plasma yang stabil serta penerapan praktik agronomi berkelanjutan. 
Produksi CPO naik 12,6 persen (YoY) menjadi 326.158 ton, sedangkan PK meningkat 16,5 persen (YoY) menjadi 75.494 ton, dengan rendemen CPO dan PK tetap solid di 21,1 persen dan 4,9 persen.
Peningkatan turut didorong oleh beroperasinya pabrik kelapa sawit (PKS) ke-10 serta perluasan kapasitas pabrik kernel crushing (KCP) dari 300 ton menjadi 600 ton per hari.
 
           
               
               
                             
                                 
                             
                                                                             
                                                                             
                                                                             
                                                                             
                                                                             
                                                                             
                                     
                                     
                                     
                                    