Meski demikian, penjualan di wilayah Amerika Selatan terpantau meningkat 24% dipimpin oleh pertumbuhan dua digit di Brasil dan kinerja kuat yang berkelanjutan di tempat lain di kawasan ini, khususnya di Argentina.
Di Amerika Utara, penjualan bersih turun 20% sebagai dampak dari penetapan harga dan tindakan rencana kompensasi penjualan lebih rendah dari yang diharapkan. Penjualan bersih Asia Pasifik turun 22% karena China terus terkena dampak negatif dari lockdown Covid-19.
Khusus penjualan di Asia Pasifik, hasil dipengaruhi oleh tenaga penjualan yang lebih kecil dan kurang produktif, sebagian diimbangi dengan pertumbuhan di Korea Selatan, yang merupakan salah satu pasar utama Tupperware.
Penjualan di Eropa juga turun 22%, sebagian besar karena aktivitas tenaga penjualan lebih rendah dan bisnis B2B yang tidak terwujud seperti yang diharapkan tahun ini, karena aktivitas konsumen tetap lemah karena kekhawatiran geopolitik dan ketakutan inflasi yang meluas.
Mismanajemen Perusahan
Pada hari Jumat, Tupperware mengungkapkan 'keraguan substansial tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usaha' dalam menghadapi krisis uang tunai dan tekanan dari kreditur. Manajemen juga disebut telah melakukan kesalahan dalam laporan keuangan yang membuatnya tidak dapat mengajukan laporan tahunan tepat waktu.
Mengutip Dailymail, para analis mengatakan, perusahaan ini salah langkah finansial, matinya model penjualan langsung di era e-commerce, dan munculnya alternatif produk pesaing yang lebih murah - termasuk wadah yang dapat digunakan kembali dari pengiriman makanan.
Tupperware juga mengalami peningkatan penjualan singkat selama pandemi Covid-19 karena permintaan peralatan dapur melonjak. Saat ini, perusahaan berusia 77 tahun itu gagal mempertahankan kinerjanya kalah dengan para pesaingnya, termasuk Xerox, Kleenex, dan Thermos.
Tupperware didirikan oleh pengusaha AS, Earl Tupper pada 1946 dan dikenal dengan lini produk rumahannya. Perusahaan yang berbasis di Orlando ini juga memiliki pasar yang luas di Asia, termasuk di Indonesia.
Di lain pihak, GlobalData Retail MD, Neil Saunders mengatakan kepada CNN bahwa beberapa masalah berdampak pada Tupperware, termasuk penurunan tajam jumlah penjualan, dan kegagalan untuk sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda.
“Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya,” katanya. (ADF)