IDXChannel - Brand produk plastik kotak makan dan minuman ikonik asal Amerika Serikat, Tupperware, harus menelan pil pahit ancaman kebangkrutan. Tupperware terancam kolaps setelah sahamnya turun hampir 50% pada Senin (10/4) di tengah kekhawatiran gagal menarik pembeli yang lebih muda.
Adapun saham Tupperware Brands Corporation secara year to date (ytd) anjlok 67,57%. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tupperware juga berjuang untuk menghindari delisting setelah New York Stock Exchange (NYSE) mengeluarkannya karena tidak mengajukan laporan tahunan.
Kinerjanya yang buruk menyusul delisting dari bursa Wall Street mendorong munculnya keraguan substansial tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.
Kinerja Penjualan Lesu
Perusahaan berusia 77 tahun itu telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir di tengah citranya yang tenang dalam menghadapi persaingan baru, sementara permintaan untuk produk dilaporkan menurun.
Tupperware mengatakan sedang berupaya mencari pembiayaan untuk bertahan dalam bisnis, tetapi tidak akan memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.
Ini sedang meninjau portofolio tenaga kerja dan real estatnya sebagai opsi pemotongan biaya, katanya.
CEO Tupperware, Miguel Fernandez mengatakan dalam sebuah pernyataan tentang kemungkinan kondisi perusahaan yang berjuang.
“Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami,”katanya mengutip dailymail, Senin (10/4).
Mengutip Bloomberg, Tupperware disebut tengah menjalin kerja bersama dengan Moelis & Co. dan Kirkland & Ellis untuk menjajaki opsi atas utang jangka panjang mereka yang tercatat USD700 juta, atau setara Rp 10,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS).
Tupperware tengah berupaya memperbaiki posisi likuiditas, termasuk melakukan diskusi dengan calon investor atau perusahaan pembiayaan.
Dalam laporan keuangannya pada 2022, Tupperware melaporkan penurunan penjualan secara signifikan.
Penjualan bersih perusahaan mencapai USD1,3 miliar, turun 18% secara year on year (yoy). Adapun laba kotor yang diperoleh adalah USD836,4 juta, atau 64,1% dari penjualan bersih. Sementara kerugian dari operasi mencapai USD28,4 juta. Sehingga Tupperware mencatatkan kerugian bersih sebesar USD 14,2 juta. (Lihat tabel di bawah ini.)
Rugi per saham mencapai USD0,62 dan laba per saham (non-GAAP) yang disesuaikan dari operasi adalah USD0,46.
Perusahaan ini juga mencatat kerugian USD28,4 juta selama kuartal keempat di akhir 2022.
Total penjualan bersih adalah USD313,7 juta pada kuartal empat 2022, turun 20% secara yoy.