IDXChannel - Manajemen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan bahwa presiden direktur (presdir) perseroan Ira Noviarti mundur dari jabatannya.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur UNVR Nurdiana Darus mengatakan bahwa perseroan telah menerima surat pengunduran diri Ira Noviarti dari jabatannya selaku presiden direktur perseroan pada 24 Oktober 2023. Adapun pengunduran diri tersebut sehubungan dengan alasan pribadi.
"Pengunduran diri akan berlaku efektif sejak disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan berikutnya," kata dia.
Sehubungan dengan pengunduran diri tersebut, pemegang saham utama perseroan berencana untuk mengusulkan Benjie Yap sebagai presiden direktur perseroan yang baru untuk disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan yang sama.
Rencana penyelenggaraan RUPS sehubungan dengan hal tersebut akan diinformasikan lebih lanjut oleh perseroan. Adapun pengunduran diri tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan.
Mengutip laman resmi UNVR, Ira Noviarti diangkat sebagai Presdir perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 November 2020, yang efektif pada 1 Desember 2020.
Sebelum menjadi presdir UNVR, dia sempat menduduki posisi Beauty & Wellbeing and Personal Care Director UNVR (2017-2020), Managing Director untuk Unilever Foods Solutions South East Asia (2015-2017), dan Direktur Ice Cream and Media dan Consumer Market Insight di UNVR (2010-2015).
Ira meraih gelar di bidang Ekonomi dari Universitas Indonesia (1995), jurusan Akuntansi Keuangan.
Kinerja Saham dan Keuangan UNVR
Ira Noviarti mulai memimpin perusahaan multinasional itu dan menjadi Presiden Direktur sejak 25 November 2020. Ini menjadi tahun sulit bagi UNVR karena pandemi Covid-19 menyerang dan melumpuhkan seluruh aktivitas ekonomi.
Sepanjang kepemimpinan Ira, saham UNVR terkoreksi 53,7 persen pada rentang periode 25 November 2020 hingga 1 November 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)
Harga saham UNVR di posisi Rp10.000 per lembar saham pada 1 Februari 2019. Sementara, per 1 November 2023, saham UNVR jeblok di harga Rp3.580 per lembar saham. Sepanjang periode ini, berarti saham UNVR telah anjlok 64,2 persen.
Sebagai informasi, saham UNVR sebanyak 84,99 persen dikuasai oleh Unilever Indonesia Holding sebagai pengendali dan sebanyak 14,46 persen dikuasai oleh masyarakat.
Dari sisi keuangan, UNVR mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp30,5 triliun hingga kuartal III-2023. Angka ini menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 31,54 triliun.
Perseroan juga mencatatkan beban umum dan administrasi membengkak Rp2,98 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,52 triliun. Beban pemasaran dan penjualan juga membengkak dari Rp 6,41 triliun pada Q3 2022, menjadi Rp6,83 triliun pada Q3 tahun ini.
UNVR mencetak laba Rp4,19 triliun pada Q3 tahun ini, lebih rendah dari kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,6 triliun.
Dalam lima tahun terakhir, penjualan bersih UNVR juga terpantau menurun sejak 2019. Laba UNVR juga terus tergerus dari Rp7,4 triliun pada 2019 menjadi Rp5,4 triliun pada tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)
Adapun rincian pendapatan perseroan diperoleh dari PT Unilever Enterprises Indonesia dan PT Gerai Cepat Untung untuk penjualan dalam negeri yang menyumbang Rp 20 miliar, menyusut dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 84,76 miliar.
Sementara untuk ekspor produk, menghasilkan Rp 951,84 miliar, juga menyusut dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dengan rincian pendapatan dari ekspor yang mencapai Rp1,33 triliun.
Market cap alias kapitalisasi pasar UNVR kini mencapai Rp136,58 triliun per 30 September 2023. Dengan nilai aset mencapai Rp18,92 triliun dan liabilitas mencapai Rp13,54 triliun. (ADF)